MALANG, KOMPAS.com - Kasus bocah di Jember yang harus dioperasi karena perutnya dipenuhi cacing membuat banyak orangtua tercengang.
Termasuk Wilda Fizriyani, seorang ibu yang memiliki seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dan sehari-hari bekerja serta tinggal di Malang.
Awalnya, ia hanya melihat berita itu sekilas saat sedang berselancar di media sosial.
Namun, ketika akhirnya membaca lebih lanjut dan melihat videonya, rasa khawatir langsung menyeruak.
"Wah, seram juga ya," ucap perempuan yang biasa disapa Wilda itu kepada Kompas.com.
Ia mengaku sudah cukup sadar akan bahaya infeksi cacing jauh sebelum kasus ini viral.
Di rumah, ia dan suaminya sudah terbiasa mengingatkan anak mereka untuk mencuci tangan dan kaki.
"Sebab itu, kami selalu mengajarkan anak untuk mencuci tangan sebelum makan. Bahkan, jika merasa anaknya tidak bermain tanah sekalipun, kami tetap meminta dia untuk cuci tangan, apalagi saat kami berada di tempat umum," ujar Wilda Fizriyani.
Namun, ia juga tidak menampik bahwa kesibukan dan rutinitas bisa saja membuatnya lengah.
"Terkadang ada situasi yang membuat kami lupa mengingatkan anak untuk mencuci tangan. Jadi, mungkin ini bisa jadi evaluasi buat kami ke depannya," imbuhnya.
Sejak membaca berita itu, perempuan asal Tangerang ini pun mulai berpikir lebih jauh.
Menjaga kebersihan tangan ternyata belum cukup.
Kebersihan makanan, terutama sayur, buah, hingga ikan dan daging mentah juga harus jadi perhatian serius.
"Tidak hanya anak, kondisi itu juga bisa terjadi pada orang dewasa. Jadi, memang kami harus meningkatkan lagi kebersihan. Sama PR-nya mungkin beli obat cacing untuk anak kali ini," kata perempuan yang bekerja di dunia pendidikan itu.
"Ini penting juga karena dulu saya waktu kecil selalu dibelikan obat ini untuk mencegah cacingan. Saya rasa kebiasaan itu juga perlu dilakukan untuk anak saya. Namun, saya harus tanya-tanya dulu ke ahli kesehatan perihal penggunaan obat ini," ujarnya.
Adapun untuk kebutuhan kesehatan anak, ia biasa berkonsultasi ke bidan.
Sementara pemantauan tinggi dan berat badan sudah menjadi rutinitas yang dilakukannya sendiri di rumah.
Selain itu, dia berharap agar pemerintah makin aktif mengedukasi masyarakat soal ancaman infeksi cacing ini.
"Tentu diharapkan agar pemerintah lebih gencar lagi membantu edukasi kepada masyarakat supaya fenomena tersebut tidak terulang lagi," kata Wilda Fizriyani.
Belum Ada Kasus Serupa di Kota Malang
Di sisi lain, kabar baik datang dari Dinas Kesehatan Kota Malang.
Meski kasus infeksi cacing ini ramai di beberapa daerah, Dr. H. Husnul Muarif, M.M., Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, memastikan belum ada laporan serupa di wilayahnya.
"Untuk Kota Malang, belum ada laporan kasus kecacingan baik dari puskesmas, klinik, maupun RS," katanya.
Sebagai langkah pencegahan, pemerintah telah menjalankan program POPM (Pemberian Obat Pencegahan Massal) yang rutin diberikan dua kali dalam setahun, khususnya untuk balita dan anak usia sekolah dasar.
Program ini melibatkan Dinas Pendidikan, kader kesehatan, dan puskesmas di berbagai wilayah Kota Malang.
Tak hanya itu, edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat melalui Posyandu juga terus digalakkan agar orangtua makin sadar akan pentingnya pencegahan sejak dini.
Dokter Sebut Masalah Utamanya Ada di Kebiasaan
Sementara itu, salah satu dokter yang menangani langsung kasus infeksi cacing di Jember, dr. Nyoman, menyampaikan hal yang sama, yaitu kunci utama pencegahan adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
"Ini pasti masuknya (cacing) lewat tangan sehingga perilaku hidup sehat masih menjadi masalah," ujar salah satu dokter di RSD dr. Soebandi, Jember, Jawa Timur.
Dalam kasus ini, anak laki-laki berusia 3 tahun mengalami gejala berat, perut membesar, sulit buang air besar hingga seminggu, muntah, dan sesak napas.
Tim dokter pun harus melakukan tindakan operasi darurat dan menemukan tiga titik sumbatan cacing di usus si anak.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/19/105338078/warga-dan-dinkes-malang-waspada-soal-cacingan-belum-ada-kasus