Salin Artikel

Piton Punya Trik Unik Menjebak Mangsa, Bukan dengan Mengejarnya

Pergerakan ular tersebut cenderung lambat karena badannya yang besar.

Menurut pakar herpetofauna Universitas Brawijaya (UB) Nia Kurniawan, piton tidak mengejar mangsanya.

Mereka punya trik tersendiri dalam menjebak mangsa.

"Karena piton itu tubuhnya besar, jadi dia tidak bisa mengejar mangsa. Trik yang dia gunakan adalah dengan naik ke tempat yang tinggi, lalu akan menjatuhkan tubuhnya ke atas badan mangsa dan mulai membelit," ungkap Kurniawan kepada Kompas.com pada April 2025.

Selanjutnya, piton akan melilitkan tubuhnya ke badan mangsa hingga mangsanya kehabisan napas.

Mereka memastikan jantung mangsa berhenti berdetak sebelum mulai memakan dari bagian kepala.

Meskipun tidak memiliki bisa, piton memiliki 15 hingga 20 gigi kecil yang mengarah ke dalam, lebih banyak dibandingkan ular jenis lain.

Ketika piton mulai memakan mangsanya, ukuran kulitnya dapat melebar antara dua hingga tiga kali lipat dari ukuran tubuh aslinya.

Selain itu, di dalam tubuh piton terdapat organ Jacobson atau organ vomeronasal yang berfungsi untuk mendeteksi bau dan feromon.

"Jadi secara tidak langsung, piton dapat 'menghitung kalori' mangsanya dengan menandai panas tubuh mangsanya," kata Kurniawan.

Setelah menyantap mangsanya, piton akan berpuasa selama kurang lebih satu bulan sambil mencari tempat yang hangat dan kering.

Mangsa favorit piton meliputi anjing, babi hutan, dan sapi, yang memiliki ukuran sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan tubuhnya.

"Jadi ular piton justru tidak begitu tertarik dengan tikus, katak, atau hewan pengerat lainnya," ucapnya.

Namun, manusia juga bisa menjadi sasaran piton saat ular tersebut merasa sangat kelaparan dan tidak ada mangsa lain.

Hal ini sering kali disebabkan oleh kerusakan habitat asli piton, yang memaksa mereka berpindah ke area permukiman yang lebih kering dan hangat.

"Kalau habitat aslinya sudah rusak, maka otomatis hewan yang menjadi mangsa mereka juga berkurang," katanya.

Jika menemukan ular piton di dalam rumah, Kurniawan menyarankan agar tidak membunuhnya dan segera menghubungi petugas berwenang untuk mengembalikannya ke habitat aslinya.

"Kalau dibunuh, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Jumlah anjing, tikus, babi hutan, dan hewan lainnya agar tidak terlalu banyak," ucapnya.

Lepas dari lilitan piton

Dokter hewan di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr. Boedi Setiawan MP drh, menyampaikan bahwa satu-satunya cara untuk terbebas dari lilitan piton adalah menggunakan senjata tajam.

"Senjata tajam itu mampu melukai ular piton dan membuat lilitannya meregang. Pada saat itulah bisa menyelamatkan diri," ungkap pria yang akrab disapa Cak Boeseth itu, Rabu (16/4/2025).

Ia juga mengingatkan agar tidak memasuki hutan sendirian dan mempersiapkan perlengkapan keselamatan, seperti topi penjelajah, P3K, serta senjata tajam untuk perlindungan diri.

"Selalu berhati-hati juga dengan keadaan sekitar," kata dia.

Cak Boeseth menyampaikan bahwa piton menggunakan teknik membelit untuk membunuh dan meremukkan tulang mangsanya sebelum memakannya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/18/115103678/piton-punya-trik-unik-menjebak-mangsa-bukan-dengan-mengejarnya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com