Salin Artikel

Dugaan "Mark Up" Data Kemiskinan, Mahasiswa Demo Kantor Dinsos Sumenep

Aksi unjuk rasa ini dilatarbelakangi dugaan adanya "mark up" data kemiskinan yang tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Dinsos P3A setempat.

Sebab, jumlah warga miskin yang terdata di DTKS Dinsos P3A berbeda jauh dengan data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep.

BPS mencatat, jumlah warga miskin di Kabupaten Sumenep sebanyak 196.420 jiwa.

Namun, DTKS di Dinsos P3A mencapai 647.000 jiwa.

"Mungkin Dinsos P3A sengaja menaikkan (data kemiskinan) sebagai upaya meraup keuntungan yang nantinya didistribusikan kepada sekelompok orang guna menjalin relasi kuasa," kata Hidayat dalam rilis tertulisnya di Sumenep.

Hidayat menyampaikan, timpangnya data kemiskinan dari kedua lembaga tersebut menimbulkan kecurigaan karena keduanya merupakan lembaga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial.

"Tentu ada banyak kemungkinan di balik perbedaan signifikan data kemiskinan di atas, yang pasti, tidak adanya akurasi data jelas mengancam distribusi kebutuhan kepada yang berhak menerimanya," kata dia.

Dalam aksi tersebut, sejumlah korlap bergantian melakukan orasi di atas mobil komando.

Secara umum, mahasiswa menuding bahwa Dinsos P3A telah melakukan kejahatan.

Selain berorasi, mahasiswa membentangkan spanduk kecaman dan sindiran terkait dugaan mark up data kemiskinan tersebut.

Sempat terjadi saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian yang mengamankan aksi unjuk rasa tersebut.

Sebab, mahasiswa kecewa karena tidak ditemui kepala Dinsos P3A setempat.

Karena kecewa, mahasiswa juga membakar ban dan menutup akses jalan dari kedua arah di depan kantor tersebut.

Setelah aksi unjuk rasa, Sekretaris Dinsos P3A, Kusmawti menanggapi ketimpangan jumlah data kemiskinan tersebut.

"Saya kira perbedaan data itu wajar, karena bisa karena perbedaan waktu," kata Kusmawati.

"Misalnya data yang kami Dinsos P3A pada bulan Desember, mereka (mahasiswa) menerima data di BPS misalnya Maret, otomatis ada perbedaan. Jangankan beda bulan, beda hari saja bisa berbeda datanya. Jadi wajar," ujarnya.

Dinsos P3A mengakui, dari ratusan ribu warga yang masuk kategori miskin, yang terlayani masih terbatas.

"Memang warga miskin yang terlayani baru sekitar 30 persen," ucap dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/17/155629478/dugaan-mark-up-data-kemiskinan-mahasiswa-demo-kantor-dinsos-sumenep

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com