Salin Artikel

Mengenal Ular Hijau Ekor Merah, Si Cantik yang Mematikan

Meskipun terlihat cantik, ular ini menyimpan bisa yang sama mematikannya dengan ular kobra, yang telah menyebabkan sejumlah kematian.

Pemerhati satwa liar, Boedi Setiawan, menjelaskan bahwa ular hijau ekor merah memiliki ciri fisik yang khas, dengan tubuh yang sedikit gemuk dan pendek.

"Kepala tampak jelas menonjol besar, seolah-olah seperti seekor kodok yang tertancap di atas leher yang mengecil," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/4/2025).

Ular ini memiliki warna hijau pada bagian dorsal dan bibir yang berwarna keputihan atau kekuningan.

Pada bagian tubuh depan, terdapat belang-belang putih dan hitam yang terlihat saat ular merasa terancam.

Sisi bawah tubuhnya berwarna kuning terang hingga kehijauan, sedangkan ular jantan memiliki garis kuning yang lebih mencolok.

Cak Boeseth, sapaan akrab Boedi, menambahkan, "Sisi atas ekor berwarna kemerahan, seperti memakai lipstik, karena itu sering juga disebut ular hijau buntut merah atau ular viper hijau."

Ular viper timur (Trimeresurus insularis) juga termasuk dalam kelompok ini dan memiliki penampilan hampir serupa, namun dengan warna mata yang merah kecoklatan.

Kedua jenis ular ini memiliki bisa yang tinggi akibat kandungan zat hemotoksin, yang dapat menyerang sel darah merah dan mengganggu pembekuan darah.

"Menurut penelitian, 50 persen kasus gigitan ular di Indonesia disebabkan oleh ular jenis ini. Sekitar 2,4 persen gigitan berakibat fatal," ungkapnya.

Ular hijau ekor merah dapat bertahan hidup antara 9 hingga 11 tahun di habitatnya yang berupa semak-semak, ranting pohon, dan daerah dekat aliran air.

Kasus gigitan ular ini sering terjadi ketika manusia tidak sengaja mengusik ular saat bekerja di kebun atau mencari rumput.

"Sering tukang cari rumput, tukang kebun, gak sengaja mengusik ular ini dan tergigit," tuturnya.

Ular ini juga melakukan moulting setiap 30 hingga 40 hari, dan periode kawin biasanya terjadi saat musim penghujan antara November hingga Desember.

Dalam berburu mangsa, ular hijau ekor merah membelitkan ekornya di ranting dengan posisi kepala siaga.

Setelah mangsa cukup dekat, ular ini akan menyerangnya dengan taring besar dan panjang yang ada di rahang atas.

"Dengan taring panjangnya, ia akan menyuntikkan bisa, mencengkeram mangsa, dan menelannya," ujarnya.

Santapan favorit ular ini meliputi katak, reptil, tikus, burung dan mamalia kecil.

Namun, ular ini tidak ragu menyerang manusia jika merasa terancam.

Gigitan ular bangkai laut dapat menyebabkan rasa sakit, panas terbakar, dan bengkak di sekitar area gigitan.

Cak Boeseth menegaskan, "Gigitan ular ini dapat menyebabkan pembengkakan, nekrosis, atau kerusakan jaringan hingga kematian."

Jika tidak segera ditangani, bisa ular dapat menyebar ke seluruh tubuh dan mengancam jiwa korban.

Saat ini, belum ada penawar racun khusus untuk bisa ular hijau ekor merah.

Namun, penyuntikan serum Bio SAVE atau SABU (Serum Anti Bisa Ular) yang diproduksi PT Bio Farma (Persero) dapat membantu penyembuhan.

"Biasanya pasien dirawat sekitar 5 hingga 7 hari dengan penyuntikan serum Bio SAVE atau SABU masih bisa sembuh," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/17/090317978/mengenal-ular-hijau-ekor-merah-si-cantik-yang-mematikan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com