Salin Artikel

Korban Pencabulan Dokter di Malang Mengaku Di-"chat", Ditawari Kopi dan Ditanya Kabar

Hal itu diungkapkannya melalui beberapa posting-an di media sosial Instagram-nya pada Selasa (15/4/2025).

Saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, QAR mengatakan, peristiwa yang dialaminya terjadi pada September 2022.

Perempuan asal Bandung, Jawa Barat itu menyampaikan bahwa pada saat itu dia sedang berlibur ke Malang.

Namun, saat itu dia sakit, sehingga pada 26 September 2022 sekitar pukul 01.00 WIB dia berobat ke Rumah Sakit (RS) Persada Hospital yang berada di Kecamatan Blimbing.

"Saya masuk lewat instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit tersebut. Lalu, di situ saya ketemu dengan dokter berinisial AY dan diperiksa, terus sempat diinfus," kata QAR, Rabu (16/4/2025).

Pencabulan tersebut, menurut dia, dilakukan sang dokter saat melakukan pemeriksaan di kamar pasien.

Sebelum tindakan tak terpuji itu, dokter AY mengirimi pesan singkat kepada korban. QAR pun merasa curiga.

"Melalui chat-nya, orangnya tanya kabar saya, lalu tanya sudah tidur kah, sambil juga menawarkan kopi. Tetapi chat itu tidak saya balas, karena saya merasa dokter kok seperti ini," katanya.

Dokter itu mendapat nomor QAR setelah ia meninggalkan kontak di meja perawat karena disampaikan bahwa hasil rotgen yang dijalaninya akan diinformasikan melalui WhatsApp. 

Awalnya, saat pemeriksaan di IGD, pasien QAR didiagnosis mengalami sinusitis dan vertigo berat serta harus rontgen.

Hasil rontgen tersebut tidak langsung keluar dan pasien harus menunggu.

Selanjutnya, ia diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.

Namun, ternyata kondisi QAR tak membaik. Pada hari yang sama, tepatnya pada malam hari, dia kembali lagi ke rumah sakit tersebut.

Dia pada saat itu diobservasi dan kemudian dipindahkan ke ruangan kamar VIP.

Kemudian, keesokan harinya, atau pada 27 September 2022, hasil rontgen-nya keluar dan disampaikan langsung oleh dokter AY lewat WhatsApp.

QAR mencoba berpikir positif meski bukanlah nomor pihak admin rumah sakit yang memberitahunya.

Namun, QAR mulai menaruh rasa curiga saat terduga dokter AY justru semakin intens melakukan chat yang mengarah ke hal-hal pribadi.

Ketika menjalani rawat inap, tiba-tiba QAR didatangi dokter AY yang melakukan kunjungan ke kamar dengan membawa stetoskop.

Padahal, saat itu QAR sedang dijenguk oleh temannya, sehingga kemudian temannya itu berpamitan pulang.

Saat itulah, kata dia, dokter AY menutup semua gorden kamar inap lalu menyuruh QAR membuka baju.

"Alasannya mau diperiksa, saya sudah merasa tidak nyaman. Setelah itu, orangnya menyuruh saya buka. Dari situ saya mulai berpikir, kok jadi seperti ini dan hal itu membuat saya bingung sekaligus ketakutan. Saya tetap turuti," katanya.

Selanjutnya, terduga dokter AY melakukan pemeriksaan dengan cara menempelkan stetoskop dan melakukan aksi tak terpuji itu. 

Tidak lama kemudian, terduga pelaku mengeluarkan ponsel yang diduga digunakan untuk merekam gambar.

Setelah kejadian tersebut, keesokan harinya, QAR diperbolehkan pulang karena kondisinya membaik.

"Tangan satunya memegang HP, tetapi posisi HP-nya itu mengarah ke saya. Langsung saya tarik baju, dan saya bilang ke orangnya kalau mau tidur, istirahat," katanya.

Sementara itu, pihak Rumah Sakit (RS) Persada Hospital di Kota Malang, Jawa Timur menonaktifkan sementara waktu oknum dokter berinisial AY yang diduga melakukan pencabulan terhadap pasiennya.

Pihak RS juga tengah mendalami kebenaran informasi yang telah beredar di media sosial dengan saat ini masih terus mengkonfirmasi AY.

Meski begitu, pihak RS membenarkan bahwa terduga oknum dokter yang dimaksud berdasarkan informasi yang viral tersebut benar dari RS Persada Hospital di Kota Malang.

"Terkait pemberitaan yang beredar, kami mengkonfirmasi bahwa yang bersangkutan (AY) adalah dokter di Persada Hospital. Saat ini, yang bersangkutan telah dinonaktifkan sementara sambil menunggu proses investigasi internal yang sedang berjalan," kata Supervisor Humas Persada Hospital, Sylvia Kitty Simanungkalit, Rabu (16/4/2025).

Pihak RS telah membentuk tim investigasi internal untuk menelusuri kasus tersebut secara menyeluruh.

Selain itu, pihaknya menolak tegas segala bentuk pelanggaran etik yang ada.

"Apabila terbukti bersalah, kami akan menindak tegas pelaku sesuai hukum yang berlaku," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/16/205122478/korban-pencabulan-dokter-di-malang-mengaku-di-chat-ditawari-kopi-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com