Salin Artikel

Ular Piton Dijuluki Raja Pembelit, Bagaimana Cara Mendapatkan Mangsanya?

Berbeda dengan ular lainnya yang mengandalkan bisa, piton membelit tubuh mangsanya hingga kehabisan napas.

Hal ini diungkapkan oleh Nia Kurniawan, pakar herpetofauna dari Universitas Brawijaya (UB).

“Ular piton justru membelitkan tubuhnya ke badan mangsa hingga kehabisan napas. Setelah memastikan jantung mangsa berhenti berdetak, dia akan mulai memakan dari bagian kepala,” ujar Kurniawan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/4/2025).

Kurniawan menjelaskan, piton memiliki gigi kecil yang mengarah ke dalam, dengan jumlah sekitar 15 hingga 20 buah, lebih banyak dibandingkan dengan ular jenis lain.

Mangsa favorit piton termasuk anjing, babi hutan, dan sapi, yang bisa memiliki ukuran hingga sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan tubuhnya.

“Jadi ular piton justru sebenarnya enggak begitu tertarik dengan tikus, katak, atau hewan pengerat lainnya. Kalau ada tikus, malah hanya didiamkan aja, kecuali kalau memang dia sedang kelaparan,” tuturnya.

Ketika piton mulai memakan mangsanya, ukuran kulitnya bisa melebar antara dua hingga tiga kali lipat dari ukuran tubuh aslinya.

Uniknya, dalam tubuh piton terdapat organ Jacobson yang berfungsi mendeteksi bau dan feromon, memungkinkan piton memperhitungkan besar dan berat mangsanya.

“Secara enggak langsung, piton dapat ‘menghitung kalori’ mangsanya dengan menandai panas tubuh mangsanya,” tambah Kurniawan.

Setelah menyantap mangsanya, piton akan berpuasa selama kurang lebih satu bulan, sambil tetap mencari tempat yang hangat dan kering.

Selain itu, kulit ular piton berkamuflase dengan lingkungan sekitarnya, memiliki corak unik seperti batik dengan warna coklat, hitam, atau putih gading.

“Corak kulitnya yang menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitar juga menjadi salah satu trik ular piton untuk mengelabui mangsanya agar tidak menonjol,” ujarnya.

Menurut Kurniawan, manusia sebenarnya bukanlah target mangsa ular piton.

Salah satu faktor penyebab piton memasuki area pemukiman adalah kerusakan habitat aslinya.

“Kalau habitat aslinya sudah rusak, maka otomatis hewan yang menjadi mangsa mereka juga berkurang, sehingga piton juga harus mencari mangsa lain di area pemukiman,” pungkasnya.

Dengan meningkatnya interaksi antara manusia dan ular piton, penting untuk memahami perilaku dan habitat ular ini agar dapat mengurangi konflik yang mungkin terjadi.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/14/102001278/ular-piton-dijuluki-raja-pembelit-bagaimana-cara-mendapatkan-mangsanya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com