Salin Artikel

Cerita Damkar Evakuasi Piton, Angkat Puluhan Kubik Kayu, dan Tips Cegah Ular Bersarang

“Kami pernah mengangkat puluhan kubik kayu untuk mencari keberadaan ular piton yang berada di lingkungan rumah warga,” kata Rian saat ditemui pada Rabu (9/4/2025).

“Kami tidak akan pulang sebelum ular berhasil ditangkap. Di situlah jiwa kemanusiaan kami menjaga keselamatan warga dari bahaya gigitan ular dan sebagainya,” ucap dia. 

Warga kerap ketakutan jika melihat ular piton berada di lokasi rumahnya.

Saat pemilik rumah melihat hewan melata tersebut, mereka segera menelepon.

“Kebetulan yang punya rumah adalah tukang kayu. Ular piton sering muncul di lingkungan rumahnya, tetapi posisi terakhir tidak diketahui. Jadi kami harus mengangkat dulu puluhan kayu untuk evakuasi ular piton,” ucap Rian.

Bahkan, setelah proses isolasi dan evakuasi ular, pihaknya juga membantu warga membersihkan dan mengembalikan barang-barang yang sudah dibongkar ke tempatnya.

Belajar dari pengalaman perjumpaan dengan ular piton, Rian menyebut sejumlah faktor rumah dimasuki ular itu. 

“Memang faktor kerentanan ada di lingkungan seperti rumah yang berlokasi di pinggir sawah, sungai, atau kebun. Selain itu, ada rantai makanan yang dikejar ular, antara lain ayam, tikus, dan lain-lain. Bahkan hewan ini bisa menelan mangsa seperti ayam hidup-hidup,” kata Rian.

Hewan melata ini juga bisa memanfaatkan tempat tinggal manusia sebagai lokasi bertelur.

Apabila ular masuk rumah, menurut dia, warga tidak boleh membunuh ular tersebut.

“Ular piton sebaiknya jangan dibunuh, ada beberapa warga yang mulai sadar. Biasanya setelah menangkap ular piton, mereka antar langsung ke sini. Kemarin ada ular piton panjang terbawa arus saat banjir bandang di Moyo Hilir, warga yang evakuasi antar ke kantor. Ada juga warga yang langsung datang ke sini karena di jok motor ada ular. Setelah evakuasi itu, kami akan menyerahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),” ucap Rian.

Untuk langkah-langkah konservasi ular itu, seperti melepas ke hutan lindung dan lain-lain, menjadi ranah kebijakan BKSDA.

Ia memberikan beberapa tips untuk menjaga kebersihan di rumah agar ular piton tidak bersarang, di antaranya menutup celah dan lubang yang berpotensi dilalui ular.

"Hal pertama untuk mencegah ular masuk ke rumah adalah menjaga kebersihan dalam rumah, termasuk merapikan barang-barang yang tidak terpakai dan menutup lubang-lubang," ujarnya.

Seperti menutup lubang-lubang di dinding dengan ram kawat atau besi, celah bawah pintu, plafon, dan saluran air.

"Saluran air menjadi salah satu yang banyak menjadi kasus ular masuk rumah, dan disusul ventilasi," kata dia. 

Berikutnya, rapikan halaman rumah dengan memangkas rumput secara berkala, serta semak dan ranting pohon yang menjulang ke jendela atau atap rumah.

"Warga juga harus rutin membuang sampah, seperti sampah kardus atau kaleng yang menumpuk di area rumah agar tidak menjadi sarang ular," kata dia. 

Menurut informasi yang dibacanya, ular piton tidak menyukai bau cuka, parfum, kayu manis, dan cengkih.

Warga bisa menaruh wewangian tersebut atau rempah di lokasi yang kemungkinan bisa dilalui.

"Ular juga tidak suka aroma menyengat seperti cuka, cabai, serai, bawang putih, dan bawang bombay," katanya.

Meskipun begitu, masih banyak lagi kiat dan tips untuk mencegah hewan melata masuk ke rumah.

"Intinya, jaga kebersihan rumah dan kurangi juga populasi tikus di dalam rumah yang juga berpotensi mengundang ular masuk ke dalam rumah,” katanya. 

Untuk mengurangi risiko ular masuk rumah, ia juga menyarankan penggunaan bahan-bahan yang bisa mengganggu indra penciuman ular, yang dikenal sangat sensitif.

"Ular sangat sensitif terhadap indra penciuman yang bisa diatasi dengan meletakkan karbol, parfum, atau kamper di setiap sudut rumah,” ucap dia. 

Selain berfungsi sebagai pengusir ular alami, bahan-bahan tersebut juga menjaga rumah tetap harum dan segar.

Meskipun tidak bisa menjamin sepenuhnya ular tidak akan datang, cara ini dianggap efektif untuk menurunkan risiko.

"Itu hanya sebagai antisipasi, hanya untuk mengurangi risiko," ujarnya.

Kasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkartan) Sony Hari Utomo menyampaikan, pihaknya mencatat, dari 2024 sampai awal 2025 sudah melakukan evakuasi sekitar 50 lebih ular dengan berbagai jenis.

“Paling sering kami evakuasi itu ular sawah dan piton. Ada juga kobra dan ekor merah. Kami juga evakuasi tawon pesva dan lain-lain sesuai permintaan bantuan dari warga,” kata Sony.

Menurutnya, tim penyelamatan Damkartan memiliki alat khusus untuk menjinakkan dan menangkap ular.

Selain itu, tim penyelamatan sudah mendapatkan pelatihan untuk melakukan evakuasi ular kobra maupun piton.

Lebih jauh, ia berharap warga memperkuat edukasi terkait penanganan terhadap ular, menghubungi siapa dan prosedur apa yang harus diikuti untuk melakukan tindakan yang cepat dan efektif.

“Silakan melapor kepada kami untuk evakuasi. Semoga ke depan warga dapat lebih tenang dan bijaksana dalam menangani ular sehingga mengurangi risiko gigitan yang bisa membahayakan keselamatan,” katanya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/10/084159078/cerita-damkar-evakuasi-piton-angkat-puluhan-kubik-kayu-dan-tips-cegah-ular

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com