Salin Artikel

Pemudik Asal Jombang Ternyata Berbohong Soal Dibegal di Bypass Mojoagung

Dwi, pemuda yang berasal dari Dusun Kandangan, Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, sebelumnya mengaku menjadi korban pembegalan saat dalam perjalanan mudik dari Malang menuju rumah orang tuanya.

Akibat kejadian itu, Dwi mengaku kehilangan uang tunai sebanyak Rp 8 juta, serta sebuah handphone yang baru dibeli dengan harga Rp 2 juta.

Namun, kebohongan pemuda itu akhirnya terungkap setelah petugas dari Polsek Mojoagung dan Satreskrim Polres Jombang melakukan serangkaian penyelidikan.

Kebohongan Dwi yang mengaku menjadi korban pembegalan oleh 6 orang, diklarifikasi olehnya di Kantor Polsek Mojoagung, pada Minggu (30/3/2025).

“Terkait laporan saya yang mengalami pembegalan di Bypass Mojoagung, tidak benar,” kata Dwi, dalam klarifikasi yang diambil di Kantor Polsek Mojoagung, Minggu malam.

Dalam lanjutan video klarifikasinya, Dwi menyatakan bahwa dirinya tidak mengalami kerugian apapun karena peristiwa terhadap dirinya sebenarnya tidak pernah terjadi.

Ia juga menyatakan jika tidak mengalami luka akibat dianiaya para pelaku pembegalan sebagaimana pengakuan awal.

Dwi mengungkapkan, dia mengaku berbohong menjadi korban pembegalan guna menutupi kesalahannya karena tidak membawa uang saat pulang ke rumah.

“Dan saya tidak mengalami kerugian apapun. Itu semua saya lakukan untuk menutupi kesalahan saya kepada keluarga,” ujar dia.

“Secara pribadi, saya meminta maaf atas berita yang telah beredar dan saya berjanji tidak akan mengulangi lagi,” lanjut Dwi.

Kapolsek Mojoagung Kompol Yogas mengatakan, berdasarkan penyelidikan petugas gabungan dari Polsek Mojoagung dan Polres Jombang, terungkap bahwa peristiwa yang dialami Dwi, sebenarnya tidak pernah terjadi.

“Setelah kita lakukan penyelidikan bersama Resmob Satreskrim Polres Jombang, ternyata yang bersangkutan membuat laporan bohong,” ujar dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu malam.

Alasan berbohong dibegal

Dijelaskan Yogas, Dwi berbohong telah menjadi korban begal untuk menutupi kesalahan dan rasa malunya terhadap keluarga karena saat pulang ke rumah tidak membawa uang.

Kepada polisi, Dwi mengaku, uang yang seharusnya untuk keluaga di kampung halaman telah dihabiskan. Karena itu, dia membuat skenario menjadi korban pembegalan.

“Uangnya sudah dihabiskan sama yang bersangkutan, sehingga dia membuat laporan seolah-olah menjadi korban pembegalan,” kata Yogas.

“Untuk mengelabui polisi, yang bersangkutan membuat luka sayatan pakai kawat. Dia melukai tangannya dengan kawat. Luka di kakinya juga disayat sendiri, seolah-olah dia dibacok,” lanjut Yogas.

Sebelumnya diberitakan, seorang pemudik, Dwi Nur Iman (24), menjadi korban pembegalan di Bypass Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (29/3/2025) malam.

Dwi, warga Dusun Kandangan, Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben, tengah dalam perjalanan mudik dari Malang menuju rumah orang tuanya saat insiden tersebut terjadi.

Namun setelah petugas menggelar serangkaian penyelidikan, terungkap jika peristiwa pembegalan yang dialami tidak pernah terjadi.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/31/053511078/pemudik-asal-jombang-ternyata-berbohong-soal-dibegal-di-bypass-mojoagung

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com