Salin Artikel

Fakta Menarik King Kobra: Bisanya Membunuh dalam 15 Menit, Pemangsa Ular Lain

Menurut pemerhati satwa liar, Boedi Setiawan, bisa ular king kobra termasuk salah satu yang paling kuat dan mematikan di dunia.

"Memang dibandingkan dengan jenis kobra lainnya, bisa ular king kobra menjadi yang paling mematikan," tutur Cak Boeseth, sapaan akrabnya, kepada Kompas.com, akhir Maret 2025. 

Hal ini dibuktikan dalam beberapa kasus bahwa king kobra hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk melumpuhkan mangsanya setelah digigit.

"Waktu ini tergantung pada beberapa faktor, seperti ukuran ular, jumlah bisa yang disuntikkan, serta kesehatan dan ukuran korban," ujarnya.

Bisa neurotoksik

Cak Boeseth menyampaikan, bisa ular kobra memiliki kandungan racun yang berbeda dibandingkan ular lainnya.

Bisa dari king kobra bersifat neurotoksik, yang berarti dapat menyebabkan kelumpuhan dengan cepat.

"Racun neurotoksik itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, sehingga mangsa akan mengalami lemas otot, sesak napas, henti jantung, hingga meninggal," ujar dia. 

Selain neurotoksik, lanjutnya, terdapat kandungan hemotoksik yang dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah dan sel darah merah.

Untuk lebih jelasnya, Cak Boeseth memberikan gambaran terkait bisa ular king kobra yang dapat membunuh dengan cepat seekor gajah atau setara dengan 20 orang manusia.

"Jadi sekali racun itu diinjeksikan ke satu ekor gajah, hanya butuh waktu sekitar 15 menit bisa menyebabkan kematian," katanya. 

Mangsa ular lain 

King kobra juga disebut sebagai "raja" karena memangsa ular lain yang memiliki bisa lebih lemah.

"Tidak hanya hewan pengerat, uniknya mangsa king kobra ini juga dapat berasal dari ular lain yang memiliki bisa yang lebih lemah," ucapnya. 

Pria yang juga berprofesi sebagai fotografer satwa liar itu menyebut, di Indonesia hanya mempunyai serum Bio SAVE atau SABU (Serum Anti Bisa Ular) yang diproduksi PT Bio Farma (Persero).

Serum tersebut secara spesifik digunakan untuk menetralkan bisa ular tanah (Agkistrodon rhodostoma), ular welang (Bungarus fasciatus), dan ular cobra jawa (Naja sputatrix).

"Kita di Indonesia belum punya serum anti bisa ular king cobra," katanya.

"Antivenom Bio SAVE itu tidak dapat digunakan untuk menangkal bisa ular king cobra," ucap dia. 

Ia mengungkapkan bahwa antivenom king kobra baru bisa didapatkan dengan harga yang sangat mahal dan harus impor dari Thailand.

"Kalau kobra jawa racunnya lebih lemah dan di Indonesia juga sudah ada antivenomnya. Tapi, kalau king kobra penawarnya masih harus impor sehingga butuh waktu yang lebih lama, jadi lebih mematikan," ujar Cak Boeseth.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/27/125512178/fakta-menarik-king-kobra-bisanya-membunuh-dalam-15-menit-pemangsa-ular-lain

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com