Salin Artikel

Usaha Jasa Penukaran Uang di Blitar Lesu, Omzet Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu

Hal ini terlihat dari jumlah lapak kaki lima yang didirikan para penjaja di berbagai lokasi di kota tersebut.

Tahun lalu, terdapat setidaknya lima penjaja uang di sepanjang Jalan A Yani hingga Jalan Merdeka.

Namun, saat ini hanya tersisa dua penjaja, yaitu satu di depan SMPN 1 dan satu lagi di sebelah barat Kantor Wali Kota Blitar.

Lokasi lain yang biasanya menjadi tempat para penjaja, seperti Jalan Merdeka Barat hingga sekitar Pasar Legi dan Jalan Mastrip, juga menunjukkan tanda-tanda sepi.

Pengamatan Kompas.com pada Jumat (21/3/2025) sore menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari belasan penjaja di tiga lokasi tersebut yang terlihat melayani konsumen.

“Bulan puasa kali ini lesu. Turun drastis dibandingkan tahun lalu,” ungkap Mustofa, salah satu penjual jasa penukaran uang yang telah berjualan di sebelah barat Kantor Wali Kota Blitar selama beberapa tahun terakhir.

Mustofa mematok tarif sekitar Rp 15.000 untuk setiap penukaran uang senilai Rp 100.000.

Ia mengaku harus berbagi hasil usaha dengan pemodal atau bosnya.

Menurutnya, omzet harian tahun lalu berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta pada pekan pertama bulan puasa, dan meningkat menjadi Rp 10 juta hingga Rp 15 juta pada pekan kedua.

Namun, tahun ini, setelah lebih dari 20 hari berjualan, omzet yang didapatnya hanya sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per hari.

“Ini sudah 20 hari lebih berjualan, belum terlihat ada kenaikan omzet yang berarti,” tambahnya.

Mustofa juga menjelaskan bahwa biasanya, pada pekan ketiga bulan puasa, omzet harian bisa menyentuh angka Rp 20 juta.

Ia menambahkan bahwa penjualan jasa penukaran uang biasanya meningkat drastis pada H-7 Lebaran, di mana tahun lalu omzet harian dapat mencapai Rp 50 juta.

“Semakin mendekati Lebaran semakin ramai karena mungkin sudah lebih banyak orang-orang yang mudik ke Blitar,” tuturnya.

Menurutnya, para pemudik biasanya membutuhkan uang untuk diberikan sebagai angpau Lebaran kepada sanak saudara.

Namun, tahun ini, tarif jasa penukaran uang mengalami kenaikan dari Rp 10.000 menjadi Rp 15.000 untuk setiap penukaran uang sebesar Rp 100.000.

“Kata bosnya, tahun ini uangnya langka dan mahal,” kata Mustofa tanpa merinci lebih lanjut tentang kelangkaan tersebut.

Hal serupa juga dialami oleh Agustinus, penjual jasa penukaran uang lainnya yang baru memulai usaha di Jalan A Yani.

Ia mengaku omzet per hari berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta, yang juga turun lebih dari separuh dibandingkan dengan omzet harian tahun lalu.

Agustinus dan Mustofa sama-sama meyakini bahwa penurunan omzet penjualan jasa penukaran uang disebabkan oleh lesunya perekonomian nasional.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/21/163622178/usaha-jasa-penukaran-uang-di-blitar-lesu-omzet-turun-drastis-dibanding

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com