Aksi ini berlangsung di depan Gedung Negara Grahadi, bersamaan dengan pelaksanaan Apel Operasi Ketupat Semeru.
"Aksi hari ini dihadiri oleh mahasiswa, komunitas jaringan di Surabaya dan anak BEM, yang melebur menjadi satu dalam agenda penolakan RUU TNI," ungkap koordinator aksi, Zaldi Maulana.
Zaldi menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan konsolidasi dengan sejumlah pihak untuk menggelar kembali aksi penolakan RUU TNI dengan harapan jumlah demonstran lebih besar.
"Pasti akan ada aksi lanjutan. Kami akan konsolidasi dengan kawan-kawan jaringan di Surabaya yang ingin bersolidaritas atas penolakan RUU TNI ini. Kemungkinan besar kami akan membentuk front anti-militerisme," ujarnya.
Lebih lanjut, Zaldi menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan DPR RI yang telah mengesahkan RUU TNI, meskipun penolakan dari masyarakat di berbagai daerah cukup signifikan.
"Ini salah satu mimpi buruk. Saya kira dengan perkembangan penolakan yang cukup tinggi, negara seharusnya tidak mengesahkan RUU ini. Namun kali ini justru DPR meresahkan. Ini sudah mengibaratkan gendera perang," ujarnya.
Sebelumnya, berdasarkan pantauan Kompas.com, sejumlah orang berkumpul di depan Taman Apsari, Jalan Gubernur Suryo, sebelum bergerak menuju Gedung Grahadi.
Sementara itu, petugas gabungan yang terdiri dari anggota BPBD, Satpol PP, aparat kepolisian, dan personel TNI juga berkumpul di halaman Gedung Grahadi untuk melaksanakan Operasi Ketupat Semeru.
Beberapa mobil dan kendaraan operasional yang akan digunakan untuk memantau arus mudik di Jawa Timur terlihat terparkir di sekitar Jalan Gubernur Suryo.
"Kami setuju, tidak ingin kembali ke masa kelam supremasi militer yang ada di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, berkumpulnya kami di sini untuk menolak RUU TNI," kata salah satu orator dalam aksi tersebut.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/20/201833478/dpr-ri-sahkan-ruu-tni-massa-aksi-di-surabaya-rencana-demo-lagi