Salin Artikel

Hati-hati Minyak Goreng Premium Palsu di Malang, Ini Cara Membedakannya

Hal ini menyusul penangkapan pasangan suami istri, Suparman (59) dan GR (45), yang diduga memproduksi dan mengedarkan minyak goreng kemasan premium bermerek Sunco palsu.

Keduanya saat ini telah diamankan oleh jajaran Polres Malang.

Kasatreskrim Polres Malang, AKP Muchammad Nur, menjelaskan bahwa kedua pelaku mengecoh pembeli dengan menawarkan harga di bawah harga normal minyak goreng Sunco.

"Minyak goreng Sunco harga normanya sekitar Rp 400.000 per karton, sedangkan kedua pelaku mematok harga Rp 313.000 per karton," ungkapnya dalam pers rilis di Mapolres Malang, Jumat (14/3/2025).

Muchammad Nur juga menjelaskan beberapa perbedaan signifikan antara minyak Sunco asli dengan minyak Sunco palsu yang diproduksi kedua pelaku.

"Beberapa perbedaan itu di antaranya pada warna dan tekstur minyak. Minyak Sunco asli berwarna kuning jernih, sedangkan minyak Sunco palsu warnanya lebih pekat," tambahnya.

Lebih lanjut, Nur menjelaskan bahwa bentuk jeriken minyak Sunco asli lebih tinggi dibandingkan dengan jeriken minyak Sunco palsu.

"Penutup jeriken minyak goreng Sunco asli berwarna putih, sedangkan minyak goreng palsu berwarna kuning. Selain itu, bentuk logo halal yang digunakan masih menggunakan logo yang lama," ujarnya.

Oleh karena itu, Nur mengimbau masyarakat untuk lebih teliti saat membeli minyak goreng di pasaran.

"Pastikan produk yang dibeli benar-benar asli sesuai ciri-ciri minyak goreng asli," tutupnya.

Sebelumnya, Suparman dan GR diamankan polisi setelah Kepala Bagian Humas PT Musim Mas, Ponco Agung Wibisono, melaporkan tindakan pemalsuan yang dilakukan pelaku.

"Awalnya, pelapor ini mendapat aduan dari konsumennya terkait kualitas minyak Sunco yang dibeli dari seseorang. Namun setelah dicek, ternyata produk minyak goreng Sunco itu palsu," ujar Wakapolres Malang, Kompol Bayu Halim Nugroho.

Setelah melakukan penyelidikan, polisi berhasil menangkap kedua pelaku di salah satu perumahan di Kabupaten Malang pada akhir Januari lalu.

Selain mengamankan pelaku, polisi juga menyita barang bukti berupa 11 karton minyak goreng bertuliskan Sunco palsu, stiker merek Sunco, dan beberapa invoice penjualan minyak goreng Sunco.

"Modus operandi pelaku adalah membeli minyak curah, kemudian mengemas ulang ke dalam jeriken, lalu ditempeli stiker Sunco yang mereka cetak sendiri."

"Setelah itu, mereka menjual produk minyak tersebut ke pengecer dengan harga di bawah rata-rata," ujarnya.

Aksi pemalsuan yang dilakukan oleh kedua pelaku sudah berlangsung sejak Desember tahun lalu.

Selama periode tersebut, mereka berhasil mengedarkan 16 jeriken Sunco palsu dengan total keuntungan mencapai Rp 4.800.000.

"Pelaku mengedarkan minyak palsu tidak hanya di wilayah Malang, tetapi juga di Kabupaten Sidoarjo dan Pasuruan," ungkapnya.

Akibat perbuatannya, kedua pelaku terancam dikenakan Pasal 100 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, serta Pasal 62 Jo Pasal 8 ayat (1) huruf a, b, dan c Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Ancamannya, hukuman penjara paling lama 5 tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/14/172614478/hati-hati-minyak-goreng-premium-palsu-di-malang-ini-cara-membedakannya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com