Salin Artikel

Hambat Irigasi, Tambang Pasir Kali Putih Blitar Digeruduk Ratusan Warga

BLITAR, KOMPAS.com – Lebih dari seratus warga dari sejumlah desa di empat kecamatan di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, memprotes aktivitas penambangan pasir di aliran sungai lahar Gunung Kelud yang dikenal dengan nama Kali Putih di Desa Sumberagung, Kecamatan Gandusari, Kamis (13/3/2025) pagi.

Mereka meminta agar aktivitas penambangan pasir, terutama yang menggunakan alat berat, dihentikan karena diklaim berdampak langsung pada pasokan air, khususnya untuk irigasi lahan pertanian.

Koordinator aksi protes tersebut, Harmuji, mengatakan bahwa aktivitas penambangan pasir di Kali Putih telah berdampak pada pasokan air untuk kebutuhan irigasi lahan pertanian di 21 desa yang ada di empat kecamatan.

“Karena itu, aksi ini didukung oleh warga petani dari empat kecamatan yang telah dirugikan oleh aktivitas penambangan pasir di Kali Putih ini,” kata Harmuji kepada awak media di lokasi penambangan.

Empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Gandusari, Kecamatan Garum, Kecamatan Talun, dan Kecamatan Kanigoro.

Harmuji tidak memerinci bagaimana aktivitas penambangan pasir dengan menggunakan alat berat menghambat pasokan air irigasi pertanian.

Berdasarkan pantauan awak media, begitu massa tiba di lokasi penambangan, sejumlah alat berat milik perusahaan penambang CV Barokah 99 pun segera berhenti beroperasi.

“Tambang ini harus ditutup. Alat berat harus pergi dari penambangan ini,” teriak seorang peserta aksi.

Warga menuntut agar aktivitas pertambangan menggunakan alat berat segera dihentikan.

Warga mengancam tidak akan pulang dari lokasi tambang jika alat berat tetap digunakan untuk menambang pasir.

“Warga tidak akan pulang jika alat berat yang digunakan penambang belum dibawa keluar dari sini,” ujar yang lain.

Sementara itu, perwakilan dari direksi CV Barokah 99, Aditya, mengatakan bahwa pihaknya melakukan aktivitas penambangan secara legal karena mengantongi izin yang dipersyaratkan dari pemerintah.

Meski demikian, Aditya berjanji akan mengakomodasi tuntutan warga, khususnya terkait penggunaan alat berat dalam melakukan penambangan pasir.

“Akan kami pelajari bagaimana kami akan bersikap. Ini sudah berizin legal. Masih kami koordinasikan dengan tim kami. Yang pasti kami sangat menghargai protes dari masyarakat,” ujar Aditya.

Untuk diketahui, terdapat puluhan titik lokasi penambangan pasir di kawasan kaki Gunung Kelud yang berada di sisi utara wilayah Kabupaten Blitar.

Dalam sebulan terakhir, terjadi gelombang protes dari warga terhadap penggunaan alat berat dalam penambangan pasir karena membatasi keterlibatan warga sekitar dalam penambangan.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/13/151209378/hambat-irigasi-tambang-pasir-kali-putih-blitar-digeruduk-ratusan-warga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com