Salin Artikel

Meresahkan, MinyaKita Tak Sesuai Takaran Beredar di Sumenep

SUMENEP, KOMPAS.com - MinyaKita yang tidak sesuai takaran beredar di Pasar Tradisional Anom, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Minyak subsidi yang tidak sesuai takaran itu beredar dalam dua kemasan, yakni botol dan refill.

Di kemasan tertera berat minyak 1 liter. Namun, saat diukur ulang, isinya hanya 750 mili liter.

Seorang pedagang minyak, Ahmad Arif Tauhidi, membenarkan bahwa MinyaKita yang tidak sesuai takaran itu beredar di pasar tradisional terbesar di Sumenep.

Arif mengaku, sejak dua bulan lalu dirinya sering ditawari MinyaKita yang isi minyak dan label yang tertera di kemasannya berbeda.

"Sejak dua bulan lalu saya sudah ditawari," kata Ahmad Arif Tauhidi saat ditemui di tokonya, Kamis (6/2/2025).

Arif melanjutkan, harga MinyaKita yang tidak sesuai takaran dijual dengan harga yang lebih murah. Biasanya, Arif kulak MinyaKita dengan harga sekitar Rp 200.000 - Rp 202.000 per kardus.

Namun, MinyaKita dengan takaran berbeda itu ditawarkan dengan harga Rp 190.000 per kardus.

Dirinya mengaku sempat tertarik dan bahkan memesannya 100 kardus. Namun, setelah pihak sales menunjukkan foto MinyaKita itu, Arif lantas mengurungkan niat untuk membelinya.

"Harganya memang lebih murah, tapi saya rasa itu bukan MinyaKita yang asli, tapi yang palsu," imbuh dia.

Menurut Arif, ada beberapa ciri-ciri MinyaKita yang tidak sesuai takaran. Di antaranya, saat dipegang, MinyaKita dengan takaran berbeda itu lebih ringan.

Selain itu, minyaknya tidak bening dan mudah keruh.

Tulisan yang tertera di kemasan tidak rapi, dan desain warna di kardusnya juga seakan asal-asalan.

Ada beberapa pembeli yang sempat mengecek keaslian MinyaKita yang Arif jual.

Menurutnya, hal itu dilakukan karena ada beberapa pembeli yang sudah telanjur membeli MinyaKita dengan harga murah itu.

"Kalau pembeli ya kadang bertanya, ini MinyaKita beneran (asli) apa tidak, ya saya ngerti kenapa mereka bertanya begitu," ungkapnya.

Pedagang minyak yang lain, Zayyana, mengaku juga sempat ditawari MinyaKita dengan takaran yang berbeda.

Namun, dirinya menolak karena kemasan botolnya lebih kecil dari kemasan botol MinyaKita pada umumnya.

Zayyana menambahkan, biasanya MinyaKita itu ditawarkan oleh sales baru yang tidak dia kenal.

"Itu kayak minyak selundupan, yang menawarkan (sales) baru," katanya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Sumenep, Moh. Ramli, merespons dugaan adanya MinyaKita dengan takaran berbeda beredar di pasar.

Diskoperindag akan mengecek kebenaran info itu.

Jika memang terbukti tidak sesuai, ada sejumlah opsi yang bisa dilakukan, di antaranya dengan melaporkannya kepada pihak berwenang.

"Nanti kita akan cek lah, apa benar ada itu," ungkap dia.

"Kalau memang terbukti bahwa tidak sesuai, nanti kita kan bisa ambil langkah, entah dilaporkan dalam posisi apa. Kan gitu," pungkas dia.

Sebelumnya, beredar video testimoni ukur ulang MinyaKita kemasan botol oleh seorang pembeli di sejumlah platform media sosial.

Video itu berisi narasi yang meminta masyarakat berhati-hati terhadap produk MinyaKita yang tidak sesuai antara isi dan kemasannya, yang menunjukkan produk MinyaKita kemasan 1 liter ternyata hanya berisi 750 mililiter saja.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/03/06/124447978/meresahkan-minyakita-tak-sesuai-takaran-beredar-di-sumenep

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com