Salin Artikel

38 Tahun Depot Sri Mulya Menjadi Bukti Cinta Khudori pada Mulyati

"Injih pak, mau pesan apa, bungkus atau dahar mriki (makan di sini)?" tanyanya sambil tersenyum, Kamis (27/02/2025).

Dengan bantuan karyawannya, Aminullah, Khudori menyiapkan nasi putih dan mi untuk dimasak menjadi nasi goreng dan mi goreng.

Ia juga mengiris daging ayam matang dengan ukuran kecil-kecil.

Kepulan asap dari wajan berdiameter 70 sentimeter terlihat jelas, disertai suara minyak mendidih yang menandakan bahwa nasi putih dan bumbu siap dimasak.

"Oh ya pak. Mau minum apa. Oh kayake lama ga ke sini ya," tanya Khudori kepada salah satu pelanggan setianya.

Di bagian belakang depot, Mulyati (55), istri Khudori, terlihat sibuk membuat teh dan jeruk hangat untuk para pelanggan.

Dengan hati-hati, ia menyeduh teh dan memeras jeruk nipis agar tidak tumpah. "Monggo pak, minumnya ini," ujarnya sambil membawa dua gelas minuman.

Tak lama kemudian, Khudori menyusul istri menuju meja dengan membawa dua piring berisi nasi goreng dan mi goreng. "Monggo pak," katanya.

Sembari menunggu masakan matang, Khudori menceritakan bahwa usaha mi ini dirintis sejak menikah dengan Mulyati pada tahun 1987.

Berbekal pengalaman sebagai juru masak mi goreng di Pasar Poncol pada era 80-an, ia memutuskan untuk membuka depot mini.

"Karena saat itu saya ikut juragan jualan mi. Tapi setelah menikah, saya pamit untuk membuka warung atau depot mini ini. Nekat lah," ujarnya.

Dengan tekad yang besar, usaha Khudori sebagai penjual mi dan nasi goreng pun berhasil bertahan hingga saat ini.

Nama "Sri Mulya" yang diusungnya menjadi simbol cinta kepada istrinya dan keluarga.

"Nama itu adalah doa. Makanya saya ambil dari nama keluarga dan istri. Semoga bisa langgeng dan berkah," ujarnya.

Khudori mengenal Mulyati sejak kecil. Saat remaja, Mulyati bekerja sebagai pramuniaga dan sering membeli mi buatannya.

"Iya dulu pas masih jualan mi di Pasar Poncol, ia (Mulyati) itu sering beli mi. Jadinya kenal dan saya lama," kenangnya sambil tersenyum.

Kini, pasangan tersebut sudah menjadi kakek-nenek dengan dua anak dan tiga cucu.

Di Warung Sri Mulya, Khudori menawarkan berbagai masakan, termasuk nasi goreng, mi goreng, cap jay, fuyung hay, dan mi kuah.

Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, yaitu Rp 15.000 untuk mi kuah, mi goreng, dan nasi goreng.

Jika pelanggan ingin menambah telur dadar atau telur ceplok, hanya perlu menambah Rp 3.000.

Untuk cap jay atau fuyung hay, harga per porsi adalah Rp 25.000.

Warung ini buka setiap hari mulai pukul 16.00 hingga maksimal 01.00 dinihari, tergantung sepinya pembeli.

Khudori menyiapkan sekitar 5 kilogram nasi dan 5 kilogram mi setiap harinya.

Aminullah, yang telah bekerja bersama Khudori selama 30 tahun, mengungkapkan bahwa sosok Khudori patut dicontoh.

"Juragan itu (Khudori) orangnya sederhana, kalem. Guyonannya ringan-ringan saat memasak," ujarnya.

Salah satu pelanggan, Diana Rahmawati, mengaku mengenal mi Sri Mulya dari ayahnya yang sering mengajaknya makan di sana saat kecil.

"Hampir keluarga besar saya sudah mengenal mi Sri Mulya. Karena mi-nya tidak terlalu manis sehingga gurihnya masih terasa banget. Saya tahu sejak kecil waktu diajak ayah," tuturnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/27/235101578/38-tahun-depot-sri-mulya-menjadi-bukti-cinta-khudori-pada-mulyati

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com