Salin Artikel

Persiapan Arus Mudik Lebaran, Jembatan Kereta Api di Kediri Diganti

KEDIRI, KOMPAS.com - Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Surabaya Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan mengganti jembatan besi jalur kereta api di Desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Jembatan besi itu diganti karena sudah berusia sekitar 60 tahun dan sudah mulai rapuh dimakan usia.

Selain itu, jembatan itu rapuh karena terpaan air dari sungai di bawah jembatan.

Sehingga, kondisi jembatan yang berada di belakang kawasan Pabrik Gula (PG) Ngadirejo itu membahayakan keselamatan perjalanan kereta api.

Apalagi, segmen transportasi angkutan massal itu kini mendekati jam sibuk, yakni jadwal perjalanan karena memasuki musim mudik Lebaran 2025.

Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Surabaya, Denny Michels Adlan, mengatakan bahwa kondisi awal jembatan Bangunan Hikmat (BH) 613 itu mulanya terungkap saat dilakukan inspeksi.

“Ketika dilakukan inspeksi (kondisinya) masuk ke dalam tahap mengkhawatirkan,” ujar Denny dalam keterangan persnya, Selasa (11/2/2025).

Sebab, dia menambahkan, pada pilar jembatan ditemukan anomali yang terjadi akibat gerusan arus sungai. Bahkan, pihaknya sempat memasang penyangga temporer untuk penanganan sementara.

“Tentunya ini berimbas ke perjalanan kereta api yang harus mengurangi kecepatan ketika memasuki wilayah ini,” imbuhnya.

Sehingga, pada lokasi itu ditetapkan sebagai daerah rawan dan prioritas untuk dilakukan perbaikan segera.

Oleh sebab itu, mulai November 2024, pihaknya telah memulai proyek penggantian jembatan tersebut dengan jembatan baru.

“Sampai tahun 2024, lokasi ini termasuk lokasi yang terpetakan sebagai daerah rawan sehingga pada tahun 2024 kami putuskan untuk melakukan penggantian jembatan ini,” imbuh Denny.

Humas BTP Kelas 1 Surabaya, Alfaviega Septian Pravangasta, mengatakan, progres pembangunan jembatan tersebut kini sudah mencapai 95 persen dan akan siap digunakan sebelum angkutan mudik 2025 bergulir.

“Panjang jembatannya mencapai 32 meter. Hari ini tinggal merapikan saja sambil menunggu untuk pembongkaran jembatan yang lama,” kata Alfaviega.

Viega menambahkan, dari segi fisik, jembatan tersebut merupakan jembatan baru dengan konstruksi baja yang lebih besar dan kuat dari jembatan yang lama.

Sedang dari segi fungsinya, jembatan itu dikembangkan sebagaimana standar jalur kereta api di kota-kota besar.

Pihaknya juga membenahi tanggul di sekitar jembatan dengan sistem hidromekanika agar luberan air tidak sampai ke permukiman warga.

“Harapannya, selain akan meningkatkan keselamatan perjalanan kereta api, juga sebagai upaya preventif karena termasuk pengerjaan hidromekanikanya,” pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/11/162009778/persiapan-arus-mudik-lebaran-jembatan-kereta-api-di-kediri-diganti

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com