Salin Artikel

Perjalanan Seni Tato di Jawa Timur, Gaya Hidup yang Kian Digandrungi

SURABAYA, KOMPAS.com - Seni merajah tubuh atau tato kini bukan lagi sekadar simbol identitas tertentu, melainkan telah berkembang menjadi bagian dari gaya hidup yang diterima oleh berbagai kalangan.

Di Jawa Timur, khususnya Surabaya dan Malang, tren tato mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Ini ditandai dengan meningkatnya jumlah peminat serta munculnya banyak tattoo artist berbakat yang meramaikan industri ini.

Arnaz Aditya Pratama, seorang tattoo artist yang aktif di Surabaya, mengungkapkan bahwa ia mulai berkecimpung di dunia tato sejak tahun 2010 dan kini menjalankan Sankara Tattoo Skinart studio di Pakuwon Trade Center (PTC) Surabaya.

"Dulu yang punya tato itu hanya orang-orang tertentu. Sekarang bahkan anak-anak yang baru lulus SMA pun sudah mulai membuat tato. Jadi sudah mulai bergeser menjadi lifestyle," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (7/2/2025).

Mayoritas klien di studionya berusia antara 18 hingga 25 tahun, yang sudah memiliki KTP dan ingin mengekspresikan diri melalui seni tato.

Gaya tato yang paling diminati adalah fineline, yang menampilkan garis-garis halus dengan desain minimalis.

"Permintaan tato sangat beragam, ada yang datang dengan desain sendiri, ada juga yang meminta saran dari kami. Namun, setiap desain tetap melalui konsultasi agar hasilnya lebih baik dan sesuai dengan estetika tubuh klien," imbuh Arnaz.

Dari segi harga, setiap tattoo artist memiliki metode perhitungan yang berbeda.

Arnaz menerapkan tarif yang saat ini dibanderol Rp 900.000 per jam.

Sementara itu, di Kota Malang, perkembangan tato juga tak kalah pesat.

Ferry Irawan, tattoo artist yang beroperasi di Epic Tattoo Studio di daerah Soekarno-Hatta Kota Malang, menyebutkan bahwa semakin mudahnya akses terhadap peralatan tato membuat peminatnya semakin meningkat.

"Kalau perkembangan tato pesat sekali. Untuk peminat juga banyak, baik tattoo artist-nya juga karena suplai peralatan yang mudah."

"Sekarang sudah menjadi fashion tato dari semua kalangan, dari musisi, pemuda sampai bapak ibu rumah tangga," tuturnya kepada Kompas.com.

Klien di studio Ferry didominasi oleh anak muda dan mahasiswa.

Selain fineline, tren yang kini banyak diminati adalah "sticker tattoo", yaitu tato kecil yang tampak seperti tempelan dan sering dipilih oleh anak-anak muda.

"Di Malang, harga belum bisa per jam. Di sini per size, paling kecil sekitar 5 cm dan harga tetap Rp 500 ribu, meskipun lebih kecil dari itu," ungkap Ferry.

Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap tato, tren seni tato ini diperkirakan akan terus berkembang di tahun-tahun mendatang.

Fineline serta tato berwarna hitam dan abu-abu (black & grey) masih menjadi gaya utama di tahun 2024, sementara tren untuk tahun 2025 masih sulit diprediksi.

"Kalau untuk beberapa tahun ini tren tato pastinya makin diminati, baik dari segi penggiat (tattoo artist) maupun customer. Dari hari ke hari, jenis style tattoo semakin beragam dan style yang diminati tidak melulu itu-itu saja," kata Arnaz.

Di sisi lain, Ferry Irawan menambahkan bahwa tren tato sangat dipengaruhi oleh pergerakan fashion global.

"Tergantung mengikuti fashion-nya. Jadi mendadak tiba-tiba peminatnya naik, misal oriental tahun sebelumnya sebelum fineline saat ini. Tidak bisa ditebak, tergantung gebrakan pendatang baru dari luar negeri," pungkasnya.

Dengan semakin diterimanya tato sebagai bagian dari ekspresi diri, industri ini diprediksi akan semakin berkembang, dengan variasi gambar yang terus berinovasi mengikuti selera masyarakat.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/07/193622478/perjalanan-seni-tato-di-jawa-timur-gaya-hidup-yang-kian-digandrungi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com