Salin Artikel

Berbiaya Rp 1 Miliar, 2 Lapangan Voli Pantai di Kota Malang "Mubazir"

Padahal, fasilitas olahraga tersebut baru dibangun pada tahun 2024 dengan menelan anggaran APBD Kota Malang sekitar Rp 1 miliar.

Pelatih Voli Pantai Kota Malang, Muharji mengatakan, gagalnya venue voli pantai di Kota Malang karena kurang memenuhi persyaratan.

Venue cabang olahraga (cabor) tersebut untuk Porprov Jatim 2025 berganti ke daerah sebelah, yakni Kabupaten Malang.

"Kalau lapangannya sangat bagus menurut saya, tapi sangat disayangkan pasirnya bukan pasir laut. Karena pasirnya tidak standar, maka Kota Malang tidak jadi tuan rumah Porprov 2025."

"Kebetulan, waktu tim survei dari provinsi meninjau lapangan, saya yang mendampingi," kata Muharji pada Senin (3/2/2025).

Seandainya Kota Malang bisa menjadi venue voli pantai Porprov Jatim 2025, sebenarnya bisa menguntungkan tim tuan rumah untuk mengetahui kondisi lapangan dengan berlatih di sana.

Namun, saat ini, Tim Voli Pantai Kota Malang rutin melakukan latihan di lapangan Rampal seperti biasanya.

"Kita latihan hari Selasa dan Kamis sore, jam 16.00 WIB, dan kalau cuaca hujan, kita ganti latihan malam. Hari Sabtu dan Minggu kita latihan pagi," kata dia.

Meski begitu, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak asuhnya bisa meraih prestasi terbaik di Porprov Jatim 2025.

"Kita berusaha semaksimal mungkin, karena kita mempertahankan (seperti Porprov terakhir) emas di nomor perorangan putri dan meningkatkan prestasi di nomor lain yang pada tahun kemarin mendapatkan perunggu," kata dia.

Sementara itu, Anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Suryadi mengatakan, gagalnya Kota Malang menjadi tuan rumah voli pantai menjadi catatan bagi Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang.

Dia meminta dinas tersebut melakukan penyempurnaan dua lapangan voli pantai di area GOR Ken Arok agar supaya dapat menjadi venue ajang olahraga lainnya selain Porprov Jatim 2025.

"Kami tetap mendorong penyempurnaan fasilitas-fasilitas keolahragaan yang ada di Kota Malang, salah satunya adalah lapangan voli pantai itu," kata dia.

Suryadi mengatakan, sepengetahuannya pasir laut tidak digunakan di lapangan voli pantai GOR Ken Arok karena khawatir menyalahi aturan dalam Pasal 35, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

"Di dalam aturan tersebut ada larangan penambangan pasir (laut) karena bisa merusak lingkungan."

"Maka, di dalam DED (Detail Engineering Design) berbunyi pasir laut diubah menjadi pasir saja."

"Atas saran dan peninjauan dari PBVSI pusat, maka solusinya menggunakan pasir cengkrong dari Pasuruan," kata dia.

Kepala Disporapar Kota Malang, Baihaqi mengakui, saat KONI Jatim meninjau lapangan bola voli pantai tersebut, penggunaan pasir belum sesuai standar yang disyaratkan.

Selain itu, fasilitas olahraga tersebut belum memiliki tribun penonton, ruang ganti pemain, dan toilet.

"Saat KONI Jatim kunjungan, itu memang pada saat itu pasirnya belum sesuai standar. Kemudian beberapa sarana belum bisa mencukupi, seperti belum ada tribune penonton, ruang ganti, dan toilet," kata dia.

Pihaknya saat ini masih melakukan penyempurnaan pembenahan pasir dengan pengayakan menggunakan mesin.

Ditargetkan, lapangan voli pantai tersebut bisa digunakan atlet Kota Malang berlatih pada akhir Februari 2025 atau awal Maret 2025.

"Kalau sudah bisa, nanti butiran pasirnya bisa maksimal," kata dia.

Sehingga, sementara waktu, untuk dua lapangan voli pantai tersebut nantinya hanya bisa digunakan para atlet untuk berlatih saja.

Sedangkan, pihaknya untuk melengkapi sarana-sarana yang belum ada akan diusulkan pada anggaran APBD 2026.

"Karena DED-nya itu direncanakan dua tahun, karena kemampuan keuangan daerah belum mencukupi."

"Jadi sementara membangun lapangan dan pagarnya, seperti toilet, tribun, ruang ganti itu di tahun 2026. 2025 belum bisa, hanya pengusulan," kata dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/02/03/165748178/berbiaya-rp-1-miliar-2-lapangan-voli-pantai-di-kota-malang-mubazir

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com