Salin Artikel

Duka Usai Longsor Terjang Wonosalam Jombang, Ayah Anak Meninggal, 4 Rumah Hilang

Tragedi longsor di wilayah pegunungan Anjasmoro Wonosalam tersebut menyisakan duka mendalam bagi masyarakat dan keluarga korban.

Sebab, selain menyebabkan kerusakan berat dan hilangnya 4 rumah, dampak bencana alam tersebut juga mengakibatkan 2 korban meninggal dunia, serta 2 warga yang terluka.

Adapun 4 rumah yang rusak berat dan hilang akibat tertimpa longsor, yakni rumah milik Slamet, Sanimin, Ducha Ismail, serta rumah Nasir. Keempat rumah itu letaknya saling berdekatan.

Hujan semalaman sebelum longsor

Sebelum terjadi longsor, wilayah Desa Sambirejo dan sekitarnya, pada Rabu (22/1/2025) malam, dilanda hujan.

Menurut Arif (38), salah satu korban selamat, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat itu terjadi di sepanjang malam.

“Malamnya itu hujan deras. Dari atas itu sudah ada banjir campur lumpur, sampai masuk ke dalam rumah,” ungkap dia, Jumat (24/1/2025).

Arif yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Bareng, pada malam sebelum kejadian hingga Kamis pagi, bersama istri dan anaknya sedang berada di rumah Sanimin, mertuanya.

Ia menuturkan, setelah menginap di rumah mertuanya, dirinya bersiap untuk pulang ke rumah bersama istri dan anaknya.

"Sebenarnya mau pulang pagi itu, tapi pagi kejadian longsor," tutur menantu kedua Sanimin tersebut.

Diawali Suara Gemuruh

Beberapa saat sebelum longsor, Arif sedang bersiap-siap untuk pulang. Ia yang saat itu berada di depan rumah mertuanya, tiba-tiba mendengar suara aneh dari arah perbukitan di belakang rumah.

Suara gemuruh bercampur suara pohon tumbang membuatnya waspada. Beberapa detik kemudian, Ia menyadari jika terjadi longsor.

Arif bersama istri dan anaknya, serta kedua mertuanya berhasil menyelamatkan diri sebelum longsor menimbun rumah mereka.

"Karena tahu ada longsor, saya langsung teriak dan mengajak semua yang di dalam untuk lari," ungkap Arif.

Cerita senada disampaikan Slamet (51), salah satu korban selamat dari peristiwa longsor yang menimpa rumahnya serta 3 rumah tetangganya.

Ia mengungkapkan, longsor terjadi pada Kamis pagi, sekitar Pukul 05.30 WIB. Peristiwa itu diawali dengan suara gemuruh yang berasal dari perbukitan di belakang rumahnya.

Slamet yang saat itu menyadari adanya sinyal bahaya, langsung bergegas keluar rumah, sambil mengajak seluruh keluarganya keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

“Ada suara kretek-kretek, terus grubyak, langsung saya lari. (Keluarga) yang lain juga ikut lari,” tutur dia, saat ditemui di lokasi longsor.

Dua korban meninggal akibat bencana longsor pada Kamis pagi tersebut, adalah Ducha Ismail, serta anak keduanya, Duwi Ayu Wandira alias Andien.

Bapak dan anak itu tertimbun material longsor serta bangunan rumah. Keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Duwi Ayu Wandira alias Andien ditemukan pada Kamis (23/1/2025) siang, dalam kondisi tertimbun material longsor serta bangunan rumah.

Kondisi yang sama dialami Ismail. Tubuh bapak 2 anak tersebut ditemukan pada Jumat petang, sekitar pukul 16.00 WIB dan berhasil dievakuasi pada pukul 16.42 WIB.

Koordinator Tim SAR gabungan Yoni Fariza mengatakan, korban ditemukan terjepit di antara reruntuhan material bangunan rumah, sehingga proses evakuasinya memerlukan waktu yang cukup lama.

"Ditemukan sekitar pukul 16.00 WIB. Memakan waktu cukup lama untuk evakuasi dikarenakan ditemukan terjepit diantara material rumah," katanya Yoni usai memimpin pencarian dan evakuasi korban.

Dia mengungkapkan, material rumah maupun tubuh korban terdorong cukup jauh dari lokasi awal atau lokasi rumah, yakni sejauh 10 hingga 15 meter.

Terkendala ketebalan material dan cuaca

Yoni mengatakan, upaya pencarian korban longsor di Wonosalam, Kabupaten Jombang, menemui kendala sejak hari pertama pencarian.

Menurut Koordinator Pos Basarnas Malang Raya tersebut, kendala-kendala tersebut antara lain, ketebalan tanah longsor yang mencapai 5-10 meter, serta bangunan rumah yang diperkirakan bergeser sekitar 5 meter dari posisi.

Selain itu, kata Yoni, kondisi cuaca juga mempengaruhi upaya pencarian karena kawasan tersebut sangat rentan terjadi longsor susulan jika turun hujan.

"Dari hasil pemetaan kami, perbukitan di belakang area ini kami temukan ada dua cekungan air. Dengan adanya cekungan itu, maka sangat rawan terjadi longsor susulan," ujar Yoni.

Adapun selama pencarian korban, sebanyak 100 personel diterjunkan untuk melakukan pencarian terhadap korban yang masih tertimbun longsor.

Selain itu, tim SAR gabungan juga mengerahkan dua alat berat untuk menggali dan membongkar lapisan longsor serta material bangunan rumah korban.

Kepala Desa Sambirejo Sungkono mengatakan, wilayah yang kini diterjang longsor merupakan kawasan rawan.

Kerawanan terjadinya longsor, berawal dari munculnya retakan tanah dengan lebar sekitar 1,5 meter pada perbukitan yang berada di belakang kawasan permukiman penduduk.

Sungkono mengungkapkan, sejak setahun lalu, pemerintah desa bersama Pemkab Jombang telah menawarkan relokasi kepada warga yang rumahnya berada di wilayah rawan longsor.

Namun, lanjut dia, dari 12 rumah yang berada di wilayah rawan longsor tersebut, hanya 2 pemilik rumah yang bersedia untuk berpindah hunian ke tempat yang lebih aman.

"Tawaran (relokasi) itu kira-kira sudah satu tahun yang lalu. Tetapi, sebagian besar warga menolak untuk pindah, termasuk rumah korban ini," ujar Sungkono, saat ditemui di lokasi longsor, Kamis (23/1/2025).

Sebelumnya diberitakan, longsor terjadi di Dusun Banturejo, Desa Sambirejo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (23/1/2025) pagi.

Longsor tersebut menimpa empat rumah, menyebabkan dua korban luka, serta mengakibatkan dua orang tertimbun.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/25/080959678/duka-usai-longsor-terjang-wonosalam-jombang-ayah-anak-meninggal-4-rumah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com