Nurdin menjadi korban pengancaman dengan pedang dan motornya dibakar oleh Ahmad Qurtubi (19), pemuda asal Pajanangger.
Motor tersebut, kata Nurdin, merupakan pinjaman dari Haji Moh Sulton, mantan kepala desa yang ingin membantunya agar dapat mengajar lebih maksimal di SMA Putra Bangsa.
Jarak sekolah itu dari rumah Nurdin lebih kurang 3 km.
"Sebelum itu saya jalan kaki ke sekolah, kadang bonceng ke siswa ketika berpapasan di jalan," kata Nurdin menggambarkan aktivitasnya mengajar sebelum ada pinjaman motor, kepada Kompas.com, Jumat (17/1/2025).
Kini, Nurdin tak lagi memiliki alat transportasi untuk menjangkau sekolah.
Insiden pengancaman dan pembakaran itu tidak hanya merusak satu-satunya sarana transportasi yang ia miliki, tetapi juga menambah beban hidup yang semakin berat bagi seorang guru yang hidup dalam keterbatasan.
Nurdin kini tidak mengajar karena kesehatannya yang menurun. Demam dan batuk membuatnya terpaksa beristirahat di rumah.
"Saya hanya bisa beraktivitas di dalam rumah (gubuk) Mas," ujarnya.
Sehari-hari, Nurdin tinggal di sebuah gubuk kecil berukuran dua meter persegi yang terbuat dari bambu.
Gubuk yang nyaris roboh ini tak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga tempat tidur, dapur, dan ruang tamu yang semuanya menyatu dalam ruang terbatas.
Pada musim hujan, ia hanya bisa menambal atap bocor dengan terpal bekas. Tidak ada kamar mandi di gubuknya. Sehari-hari, Nurdin mandi di masjid terdekat.
Meskipun berprofesi sebagai guru, Pak Nurdin bukanlah orang yang hidup serba berkecukupan.
Selama ini, dia hanya menggantungkan hidupnya dari upah menjadi guru yang jumlahnya tidak seberapa.
"Tidak sampai Rp 1.000.000 per bulan," katanya.
Meski hidup dalam serba kekurangan, Pak Nurdin tak pernah menyerah dalam mendidik anak-anak di desanya.
Namun, motor yang dibakar itu menjadi simbol betapa kerasnya perjuangan seorang guru yang mengaku tidak pernah mendapat bantuan memadai dari pemerintah itu.
"Saya hanya satu kali mendapatkan bantuan BLT senilai Rp 300.000, itu beberapa tahun yang lalu," ujar Nurdin.
Ia juga berharap pelaku pembakaran motornya diproses sesuai hukum. "Semoga pelaku bisa sadar dan berubah," katanya.
Kisah Pak Nurdin merupakan potret nyata dari seorang guru yang berjuang tanpa kenal lelah meskipun hidup dalam kekurangan.
Motor pinjaman yang dibakar adalah merupakan pengorbanan seorang pendidik yang tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga mental dalam menjalankan tugas mulianya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/17/135742878/cerita-pak-guru-nurdin-soal-motor-pinjaman-satu-satunya-yang-dibakar-pelaku