Salin Artikel

Mempertahankan Rasa Pedas Sambal di Tengah Kenaikan Harga Cabai

MALANG, KOMPAS.com - Seorang pengusaha warung makan Sambel Megilan di Kota Malang, Jawa Timur, bernama Ananto Nugroho (36) tetap tegar menjalani usahanya di tengah tingginya harga cabai.

Dia tetap mempertahankan rasa pedas sambal yang dibuat untuk para pembelinya.

Titok, sapaan akrabnya, tak mengurangi ukuran sambal setiap porsi menu yang dijualnya.

Dia juga tak mengurangi isi lainnya dalam setiap porsi menunya. Hal itu dilakukannya supaya tak kehilangan selera para pembelinya.

"Sekarang saya beli kisaran Rp 100.000 setiap kilogram dari supplier, dalam sehari rata-rata saya habis 5 kilogram cabai jenis rawit merah," kata Titok, Kamis (16/1/2025).

Harga setiap porsi menu Sambel Megilan tidak juga terpengaruh adanya kenaikan harga cabai saat ini, atau tetap sama mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 30.000. Untuk menyiasatinya, Titok mengefektifkan pekerjaan dari 13 pegawainya.

"Kita menyikapinya mengefektifkan pekerjaan teman-teman, jadi hal-hal yang kiranya tidak diperlukan kita cut agar kualitas sambalnya tetap maksimal, keuntungan pasti berkurang mungkin enggak banyak, kita juga belum kalkulasi," katanya.

Dia berharap, pemerintah bisa menurunkan kembali harga cabai. Menurutnya, harga cabai yang tinggi saat ini menyusahkan pelaku usaha kuliner.

"Harapannya pemerintah bisa menstabilkan harga cabai biar enggak naik - turun, agar pengusaha tidak kesulitan operasionalnya juga," katanya.

Warung makan yang terletak di Jalan Patimura 1 C, Klojen, ini setiap porsi menunya menyediakan ikan asap yang dapat dipilih, sayur lalapan selada air, tempe atau tahu dan sambel ulegan Megilan dengan khas jeruk limaunya.

Ikan asap yang ada mulai dari pei, tongkol, salem, cumi dan lainnya. Warung makan ini buka mulai pukul 11.00 - 22.00 WIB.

"Jadi saya jual makanan khas pantura, ikan asap dan sambel Megilan. Menu favorit yang sering dibeli di sini nasi sambal ikan pei dan mangut ikan pei, sehari bisa habis 4-5 kilogram ikan pei," katanya.

Salah satu pembeli, Anisa Yasila (22), baru pertama kali mencicipi warung Sambel Megilan. Menurutnya, rasa sambelnya terasa pedas dan harganya ramah di kantong mahasiswa.

"Tahu kalau harga cabai lagi tinggi, tapi di sini rasanya tetap pedas, sambalnya banyak juga, harga porsi menunya juga tidak mahal, sesuai lah," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/16/163221778/mempertahankan-rasa-pedas-sambal-di-tengah-kenaikan-harga-cabai

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com