Salin Artikel

Dampak Wabah PMK, Penjualan Daging Sapi dan Bakso di Pacitan Turun Drastis

PACITAN, KOMPAS.com - Omzet penjualan daging sapi di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, turun drastis akibat dampak merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Tidak hanya itu, penjualan bakso juga mengalami penurunan sejak banyak sapi terinfeksi PMK.

Di Pasar Tradisional Arjowinangun Pacitan, sejumlah lapak penjual daging sapi tampak sepi pembeli.

Terlihat ada beberapa penjual yang menjajakan daging dengan jumlah yang sedikit, tidak seperti hari biasanya.

"Sejak banyak sapi terserang PMK, pembeli daging sepi. Kalau ada, jumlahnya tidak banyak. Misal biasa beli 5 kilogram daging, sekarang 2 kilogram daging," terang salah satu penjual daging pasar Arjowinangun, Ira Marliana (47), di lapak kios daging, Rabu (15/01/2025).

Bahkan, banyak lapak yang kosong karena mereka memilih tidak berjualan akibat sepinya pembeli.

"Mulai sepi sekitar satu bulan terakhir ini," terang Marliana.

Sejak kasus PMK merebak di Pacitan, semakin hari penjualan daging sapi di Pasar Arjowinangun semakin menurun. Saat ini, omzet penjual daging sapi turun mencapai 75 persen.

"Biasanya dalam satu hari saya mampu menjual daging satu ekor sapi seberat sekitar 500 kilogram. Namun, sejak banyak sapi terjangkit PMK, penjualan menurun drastis. Untuk satu ekor sapi, perlu waktu dua hingga tiga hari baru habis terjual," terang Marliana.

Dalam situasi tersebut, pedagang daging sapi hanya bisa pasrah.

Pemerintah diharapkan segera melakukan upaya pencegahan yang membuahkan hasil baik, sehingga perputaran ekonomi para pedagang, peternak, dan penjual daging sapi bisa kembali normal.

"Semoga upaya dan usaha pemerintah segera berhasil. Sebab, dampaknya luas akibat adanya PMK ini," ujar Marliana.

Penjualan bakso ikut turun

Tidak hanya penjual daging, dampak merebaknya PMK di Pacitan juga dirasakan oleh penjual bakso.

Meski bahan baku berupa daging sapi dibeli dari Rumah Potong Hewan (RPH) Dinas Peternakan Pacitan, penjualan juga mengalami penurunan.

Sejak meningkatnya kasus PMK pada hewan ternak, utamanya sapi, salah satu penjual bakso di kawasan Pasar Arjowinangun tersebut mengalami penurunan penjualan mencapai 30 persen dari hari biasanya.

"Daging saya beli dari rumah penyembelihan hewan, dan pastinya daging sapi yang tidak terjangkit PMK," terang salah satu pedagang bakso di kawasan Pasar Arjowinangun Pacitan, Adi Prayoga (45).

Aman dikonsumsi

Sementara itu, pihak Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan menjelaskan bahwa daging ternak yang terpapar PMK aman dikonsumsi.

"Sapi atau hewan yang pasti aman dikonsumsi adalah sebelum mati disembelih. Dan selama itu hanya PMK, tidak ada komplikasi lain pada sapi, itu aman dikonsumsi. Kecuali ada komplikasi lain, di antaranya antraks, brucellosis, itu baru tidak boleh dikonsumsi," terang dokter hewan DKPP Pacitan, Wahyo Indra Santosa.

"PMK pada sapi bukan termasuk jenis penyakit pada hewan yang dapat menular ke manusia," sambung Wahyo.

Juga disampaikan hal penting bagi masyarakat yang hendak mengonsumsi daging sapi yang mati setelah disembelih karena terinfeksi PMK, agar limbah pencucian daging sapi sebelum dimasak harus dikontrol.

"Air bekas cucian daging sebelum dimasak, agar limbahnya dikontrol. Dikhawatirkan, dari limbah tersebut akan terjadi pencemaran," terang Wahyo.

Dari data terakhir DKPP Pacitan, sebaran wabah PMK terjadi di 12 kecamatan wilayah Pacitan, dengan jumlah total sekitar 804 sapi terinfeksi PMK, dan 57 di antaranya dilaporkan mati.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/15/222103478/dampak-wabah-pmk-penjualan-daging-sapi-dan-bakso-di-pacitan-turun-drastis

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com