Salin Artikel

Peternak Banyuwangi Resah Harga Sapi Anjlok hingga Rp 3 Juta Imbas PMK

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Peternak sapi di Banyuwangi merana karena harga jual sapi di pasaran anjlok sejak virus Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) mulai mewabah.

Hal itu berimbas pada merosotnya pendapatan mereka. Di Pasar Hewan Rogojampi, para pedagang sapi meluapkan keresahan karena kini nyaris tak ada lagi pembeli dari luar Kota Banyuwangi.

Hal itu berbanding jauh dengan kondisi normal sebelum PMK yang terdeteksi sejak Desember 2024 lalu.

“Biasanya dari Bondowoso, Jombang bahkan dari Bandung belanja ke sini atau di Pasar Hewan Glenmore. Sekarang sama sekali tidak ada yang belanja,” kata pedagang sapi di Pasar Hewan Rogojampi, Muslim, saat ditemui pada Kamis (9/1/2024).

Jika pun ada, kata Muslim, pembeli yang datang akan menawar sapi miliknya dengan harga jauh di bawah pasaran, yaitu Rp 2-3 jutaan atau bahkan lebih rendah lagi.

“Awalnya Rp 14 juta ditawar cuma Rp 11 juta saja. Sangat terasa sekali dampaknya, putar otak untuk modal dan kebutuhan hidup,” ucap Muslim.

Meski memilih tetap bertahan pada profesi tersebut, tetapi perlahan Muslim tak lagi menjual sapi miliknya, melainkan beralih menjadi makelar bagi teman-teman peternak lainnya yang ia kenal.

“Biasanya saya bawa beberapa sapi, bisa jual 1 sampai 3 ekor. Sekarang tidak ada sama sekali, tidak berani jual, makelaran saja,” ujar Muslim

Langkah itu dipilih karena apabila Muslim meneruskan usahanya, dia takut sapi-sapi yang dibawanya tak terjual sehingga menimbulkan kerugian dari segi biaya dan tenaga.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi, sejak terdeteksi pada Desember 2024 sampai 8 Januari 2025, terdapat 26 ekor sapi di Banyuwangi yang terjangkit PMK.

Sejauh ini belum ada kasus kematian ternak. Dari sapi-sapi yang terdeteksi PMK, 10 di antaranya sudah dinyatakan sembuh sementara sisanya masih dalam penanganan dan isolasi.

“Ada 10 ekor yang sembuh, yang awal-awal itu. Karena peternaknya intens, harus dipinggirkan, diobati, Alhamdulilah bisa tertangani,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, drh. Nanang Sugiarto.

Nanang menambahkan, vaksinasi juga terus digencarkan dengan melakukan penyemprotan desinfektan ke sejumlah pasar hewan dan peternakan, serta memberikan edukasi kepada para peternak terkait langkah-langkah yang diperlukan ketika mendapati adanya kasus PMK.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/09/181559778/peternak-banyuwangi-resah-harga-sapi-anjlok-hingga-rp-3-juta-imbas-pmk

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com