Banjir ini terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur kawasan puncak Gunung Semeru.
Akibat kejadian ini, jalur alternatif yang menghubungkan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang melalui Curah Kobokan terputus.
Jalur alternatif tersebut melintasi aliran lahar Sungai Besuk Kobokan yang terletak di lereng Gunung Semeru.
Banjir lahar ini tercatat di seismograf milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dengan amplitudo mencapai 8 milimeter.
Banjir yang melintasi Sungai Besuk Kobokan juga membawa material vulkanik seperti pasir, lumpur dan bebatuan.
Oleh karena itu, warga yang memaksa melintas berisiko terseret oleh derasnya aliran banjir.
Rifki, salah satu warga Kecamatan Pronojiwo, mengaku terpaksa menunda perjalanan pulang akibat derasnya banjir lahar.
Ia yang baru saja pulang dari berkebun di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, harus menunggu sampai banjir surut agar dapat kembali ke rumah.
"Mau pulang ke Pronojiwo, gak bisa lewat karena banjir, mau gak mau ya harus nunggu reda dulu. Kalau maksa takut keseret banjir, ini sudah nunggu sekitar 20 menit," ungkap Rifki.
Sugiono, Koordinator Pos Pantau Gunung Api Semeru di Curah Kobokan, menjelaskan bahwa banjir lahar terjadi akibat hujan lebat yang mengguyur lereng sisi timur dan selatan Gunung Semeru selama satu jam.
Hujan ini memicu penambahan debit air di aliran Sungai Lengkong dan Sungai Besuk Kobokan.
Saat ini, jalur alternatif Besuk Kobokan telah ditutup sementara hingga debit air surut.
Sementara itu, para penambang pasir yang beroperasi di sekitar aliran lahar telah dievakuasi setelah terekam adanya getaran banjir dari Gunung Semeru.
"Banjir akibat hujan lebat sekitar satu jam di lereng sisi timur dan selatan, saat ini jalur alternatif kita tutup sementara sampai air surut, penambang sudah kita infokan untuk menjauh dari sungai," ujar Sugiono.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/01/08/185353178/banjir-lahar-gunung-semeru-jalur-alternatif-lumajang-malang-terputus