Salin Artikel

Pendopo Kawedanan Besuki Situbondo Direvitalisasi dan Akan Ada Museum

Pendopo ini, yang memiliki sejarah sebagai pusat administrasi dan bisnis pada era Hindia Belanda, dinilai perlu dibangun ulang meskipun secara fisik bangunan belum banyak berubah.

"Saya akan aktivasi Pendopo Kawedanan Besuki yang sangat megah dan selama ini tidak terurus. Saya akan tinggal di dua tempat, yaitu Pendopo Situbondo dan Pendopo Kawedanan Besuki," ujar Yusuf saat dihubungi Kompas.com melalui telepon pada Jumat (20/12/2024).

Yusuf menekankan bahwa Pendopo Kawedanan Besuki tidak kalah megah dibandingkan dengan Pendopo Situbondo.

Ia juga menyoroti pentingnya nilai sejarah yang dimiliki pendopo tersebut sebagai salah satu alasan di balik revitalisasi ini.

"Kalau jadi aktivasi nanti akan kami beri nama Pendopo Patealos, mengacu pada tokoh pertama yang membabat tanah Karasidenan Besuki," tambahnya.

Bupati terpilih dalam Pilkada 2024 ini juga berencana membuka museum sebagai bagian dari pengembangan wisata sejarah.

Hal ini bertujuan agar generasi penerus memahami dan mengetahui bahwa Besuki pernah menjadi pusat pemerintahan yang meliputi wilayah Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso.

"Saya mau bikin museum sebagai wisata sejarah di sana (Besuki), salah satunya memuat situs-situs tempat tinggal Raja Patealos," ungkapnya.

Tanggapan Pemerhati Sejarah

Rencana ini disambut positif oleh pemerhati sejarah Situbondo, Irwan Kurniadi.

Ia menilai keinginan Yusuf untuk menghidupkan kembali sejarah Besuki harus disambut secara terbuka, mengingat daerah ini memiliki era kejayaan yang signifikan pada zaman Hindia Belanda.

"Yang pasti keinginan seperti itu kami memandang positif, semacam menghidupkan kembali memori kolektif, bagaimana Besuki tidak hanya menjadi kabupaten, tetapi juga karasidenan yang membawahi Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso," katanya.

Irwan menambahkan bahwa rencana revitalisasi ini dapat menjadi semangat untuk mengulang kejayaan masa lalu dan perlu didukung bersama sebagai langkah kemajuan.

Ia juga mengingatkan bahwa revitalisasi harus dilakukan dengan memperhatikan kaidah landscape cagar budaya.

"Kami sangat respek, itu sesuatu yang kami dukung, dengan catatan revitalisasi itu harus sesuai dengan kaidah lanskap cagar budaya. Saya rasa akan maksimal jika bupati terpilih berkoordinasi dengan tim cagar budaya, tim pemugaran, dan tim zonasi cagar budaya," jelasnya.

Lebih lanjut, Irwan mengkritik beberapa pembangunan di era kepemimpinan Bupati Situbondo sebelumnya yang dianggap tidak sesuai dengan landscape cagar budaya Karasidenan Besuki.

"Contohnya di depan Alun-Alun Besuki, di situ ada gapura sebelah selatan yang terhalang gapura baru, sehingga mengganggu landscape budaya. Itu sangat disayangkan," tutupnya.

Dengan upaya revitalisasi ini, diharapkan Pendopo Kawedanan Besuki dapat kembali menjadi simbol kejayaan dan sejarah yang dapat dinikmati oleh masyarakat serta generasi mendatang.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/21/094411278/pendopo-kawedanan-besuki-situbondo-direvitalisasi-dan-akan-ada-museum

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com