Wilayah ini dikenal sebagai titik lelah bagi para pemudik, sehingga sering terjadi kecelakaan.
Kanitgakkum Polres Ngawi, Iptu Parsidi mengungkapkan, kecelakaan di ruas tol tersebut mayoritas disebabkan oleh kecelakaan tabrak belakang atau terguling, yang umumnya terjadi akibat pengemudi mengalami microsleep.
“Jalur yang relatif lurus dengan sekeliling sawah dan hutan membuat pengendara mudah jenuh hingga akhirnya mengantuk. Kondisi itu menjadikan rawan terjadinya kecelakaan,” kata dia, Kamis (19/12/2024).
Microsleep adalah kondisi di mana seseorang tertidur sebentar selama beberapa detik tanpa disadari, yang dapat terjadi saat seseorang merasa mengantuk atau lelah.
Menurut Parsidi, faktor penyebab kecelakaan di ruas tol ini kebanyakan disebabkan oleh human error, khususnya microsleep.
Dengan meningkatnya volume kendaraan dari arah Jakarta, Parsidi menekankan pentingnya imbauan ini.
Ruas Tol Solo-Ngawi memiliki panjang total 90,2 kilometer, menjadikannya sering sebagai titik lelah bagi pengemudi yang melakukan perjalanan dari arah barat.
“Kami imbau jika merasa kantuk, segera berhenti di rest area terdekat. Jangan dipaksakan untuk terus berjalan,” tambah dia.
Untuk menekan angka kecelakaan di ruas tol Ngawi, Satlantas Polres Ngawi bekerja sama dengan Jasa Marga Solo Ngawi (JSN) rutin menggelar patroli sepanjang jalur di kilometer 548 hingga 575.
Langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan pengguna jalan. Selain itu, pihak pengelola tol juga telah menambahkan tiga titik penerangan jalan.
Satlantas Polres Ngawi pun membangun pos pelayanan di rest area kilometer 575A dan 575B untuk mendukung keselamatan pemudik.
Sebelumnya, sebuah insiden kecelakaan terjadi di ruas tol Ngawi, di mana sebuah bus terguling diduga akibat sopir yang mengantuk saat melaju di jalur tersebut.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/19/221952478/waspadai-kecelakaan-di-tol-solo-ngawi-titik-rawan-di-km-548-575