Material longsor yang terdiri dari lumpur, tanah liat, dan batu-batu besar tersebut jatuh bebas dari atas perbukitan.
Erik, seorang warga setempat menyatakan, peristiwa longsor ini merupakan yang kelima kalinya terjadi dalam 15 hari terakhir di wilayah itu.
Ia menjelaskan, longsor disebabkan oleh kondisi tebing yang sudah kritis, meskipun di sekitar tebing telah dipasang jaring sebagai penahan tanah.
"Padahal hujannya tidak begitu deras, hanya rintik-rintik saja. Tapi memang kondisi tebing sudah kritis dan beberapa kali mengalami longsor," ungkap Erik di Lumajang.
Beruntung, saat material longsor turun, warga dan relawan telah bersiaga untuk memperingatkan pengguna jalan agar berhenti sementara. Hal ini mencegah jatuhnya korban jiwa.
"Tadi begitu terjadi hujan, warga dan relawan langsung bersiaga di lokasi untuk melakukan pemantauan serta memperingatkan pengguna jalan untuk berhenti sejenak."
"Kendaraan dari arah Lumajang maupun Malang sempat kami hentikan hingga kondisi benar-benar aman," sambung dia.
Akibat longsor ini, separuh badan jalan tertimbun oleh material tanah liat dan bebatuan.
Kepala Polsek Candipuro, Iptu Lukito menjelaskan, pihak kepolisian menerapkan sistem buka tutup untuk mengurai kemacetan hingga material longsor dapat dibersihkan.
"Untuk arus lalu lintas secara bergantian karena separuh jalan tertimbun longsor. Ini masih menunggu alat berat untuk evakuasi," sambung Lukito.
Jalur perbukitan Piket Nol diketahui merupakan jalur rawan longsor dan pohon tumbang saat hujan.
Oleh karena itu, petugas mengimbau kepada semua pengguna jalan, baik dari arah Lumajang menuju Malang atau sebaliknya, untuk selalu waspada saat melintasi jalur ini, terutama saat terjadi hujan deras
https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/16/214345978/tebing-20-meter-di-jalur-perbukitan-piket-nol-kembali-longsor