Salin Artikel

Menu Sehat Warung Kaki Lima Bu Roby Surabaya, Pelanggannya "Orang Berotot"

Warung milik Bu Roby itu menjual menu sehat atau ayam diem. Pelanggannya pun dari kalangan "manusia berotot" alias binaragawan.

“Sebenarnya nggak cuma untuk diet saja, tetapi juga menggemukkan. Jadinya menu sehat,” katanya kepada Kompas.com, Jumat (13/12/2024).

Jika melihat lokasi warung Bu Roby memang tak heran makanan yang jual adalah menu sehat. Pasalnya, lokasi warung milik perempuan berusia 55 tahun itu berada di depan klub badminton Suryanaga.

. Tempat para altlet badminton latihan dan menggelar pertandingan. Tepatnya di Jalan Dharmahusada Indah Barat III, Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya.

Sementara di sebelahnya terdapat Atlas Sport atau pusat alahraga yang menyediakan kolam renang dan jacuzzi, perlengkapan gym, lapangan squash serta jalur lari.

“Pelanggannya yang makan menu sehat sejak dulu orang berotot semua. Atlet-atlet, terus mahasiswa kedokteran itu banyak yang ke sini,” ucapnya.

Awal Mula Ide Jual Menu Sehat

Sejak tahun 1993, Bu Roby merantau dari Solo ke Surabaya bersama suaminya untuk menyambung hidup. Dia awalanya membantu sang ayah yang berjualan mi ayam dan bakso.

“Dulu ke sini karena bantu ayah jualan bakso dan mi ayam di dekat kampus ITATS (Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya),” terangnya.

Lima tahun berselang, pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis moneter dan demo besar-besaran di mana-mana.

Mahasiswa ITATS saat itu memilih mogok makan yang membuat warung keluarga Bu Roby semakin sepi. Namun, dia bertahan hingga tahun 2004.

Di tahun yang sama, seorang pelanggan memberikan informasi jika salah satu pemilik warung kaki lima yang berada di depan PB Suryanaga ingin menjual tempat usahanya.

“Nah tempat ini saya menggantikan orang dahulu. Ibunya butuh uang untuk menebus anaknya yang dipenjara, akhirnya saya beli,” imbuhnya.

“Dulu mereka bilang ‘itu makanan kotor, bukan makanan saya, makanan saya polos’. Saya sempat emosi karena makanan kotor itu bukan berarti dicuci dan nggak dicuci,” ujarnya

Dia mengaku sama sekali tak memahami maksud dari ‘makanan polos’ yang disebutkan oleh para binaragawan.

“Akhirnya saya dikasih tahu mereka kalau makanannya itu nggak ada rasa sama sekali. Garam pun nggak boleh jadi yang dimasak dada dan telur,” terangnya.

“‘Kalau ibu mau jualan, saya dan pelatih-pelatih tiap hari makan di sini’,” sambung Bu Roby sambil menirukan gaya bicara binaragawan saat itu.

Belajar mengolah menu sehat

Bu Roby bukanlah lulusan sarjana Ahli Gizi. Namun, dia belajar banyak soal pengolahan makanan sehat dari obrolan bersama para pelanggannya.

“Mereka nggak ngebolehin saya ngerebus, soalnya kalau direbus itu lemaknya mengendap. Jadi semua bahannya itu harus dikukus. Mereka itu bisa membedakan mana yang direbus dan dikukus, jadi saya nggak bisa bohong,” katanya dengan sedikit heran.

Sepiring menu sehat yang dijual Bu Roby berisi 250 gram ayam kukus, putih telur 200 gram, tahu dan tempe sebagai protein. Lalu sayur brokoli dan wortel sebagai sumber serat. Tak lupa, nasi merah yang kaya akan nutrisi menjadi kondimen andalan.

“Mereka itu kebanyakan butuhnya protein dan serat. Ada bumbu bukan dari kacang tapi kemiri dan tidak digoreng,” tuturnya.

Satu porsi menu sehat dibanderol oleh Bu Roby sebesar Rp 35.000. Dia mengaku tak pernah ada protes dari pelanggan untuk harga yang dia patok.

“Nggak ada (protes) karena biasanya kan memang menu sehat itu mahal dan saya juga ambil untung sedikit karena harga ayam dan nasi merah itu mahal,” jelasnya.

Berbagai macam pelanggan

Berjualan di warung kaki lima selama 20 tahun, tak terhitung berapa pelanggan tetap Bu Roby yang setiap hari singgah ke tempatnya dari tahun ke tahun.

Ada pelanggan lama, ada juga yang baru. Namun yang pasti, untuk sehari-hari jika tidak ada event olahraga, Bu Roby bisa menghabiskan enam ekor ayam.

Bu Roby juga nampak akrab dengan beberapa pelanggannya. Tanpa disebutkan, dia sudah paham menu yang biasa mereka pesan.

“Saya punya pelanggan sudah sembilan tahun beli di warung saya. Dia dulu keceng (kurus) seperti orang gizi buruk sekarang berotot dan jadi Angkatan Laut,” ungkap Bu Roby dengan sangat antusias.

Dia juga menceritakan, salah satu pelanggannya kini menjadi artis dan brand ambasador L-Men, Michael Wandana.

Bukan hanya orang-orang binaragawan atau atlet, tidak jarang Bu Roby menerima pelanggan yang memiliki masalah kesehatan seperti kolesterol.

“Ada juga orang kolesterol, makan menu sehat saya jadi hilang kolesterolnya. Terus ada orang obesitas, sekarang badannya bagus,” bebernya.

Bu Roby menyadari jika menu sehat yang dia jual bukan menjadi satu-satunya faktor kesembuhan dan kebugaran. Namun, untuk memiliki jiwa dan badan yang sehat, penting dibarengi dengan olahraga dan pola hidup disiplin.

“Tapi mereka juga lari, fitness. Karena orang sakit itu obatnya dari mulut kita sendiri,” ucapnya.

Bertahan di warung kaki lima

Sejak viral dan mendapat review dari influencer kuliner, warung Bu Roby semakin dikenal banyak orang. Banyak orang yang menginginkan Bu Roby buka cabang.

Sayangnya, modal menjadi kendala utama bagi Bu Roby dan keluarganya. Meski suaminya juga berjualan mie ayam di samping Warung Bu Roby, belum mampu menutupi biaya operasional.

“Saya juga pengin buka cabang tapi modalnya nggak ada. Terus pengin punya warung sendiri juga biar nggak bongkar pasang,” pungkas ibu tiga anak tersebut.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/16/050300078/menu-sehat-warung-kaki-lima-bu-roby-surabaya-pelanggannya-orang-berotot-

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com