Hingga Rabu (11/12/2024), banjir yang disebabkan oleh luapan air Sungai Avfour Watudakon tersebut masih belum surut.
Akibat banjir yang berlangsung selama beberapa hari, sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat kerabat maupun ke posko pengungsian.
Normalita Eka Putri, petugas medis yang melakukan pemeriksaan kesehatan para pengungsi, mengungkapkan,mayoritas pengungsi mengeluhkan gatal-gatal.
"Dari hasil pemeriksaan pagi hari ini, banyak yang mengeluhkan gatal-gatal, lalu banyak juga yang merasa kurang tidur," kata Normalita saat ditemui Kompas.com.
Normalita menambahkan, gangguan kesehatan lainnya juga dirasakan oleh pasien, terutama pada usia dewasa hingga lansia.
"Untuk yang lansia, hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan banyak yang tensi darahnya naik," ungkap dia setelah pemeriksaan kesehatan di Kantor Desa Jombok.
Di Kantor Desa Jombok, terdapat 63 pengungsi yang terdiri dari balita, anak-anak, orang dewasa, dan lansia.
Sementara itu, di Kantor Dusun Plososari, yang merupakan posko pengungsian kedua yang disiapkan oleh BPBD Kabupaten Jombang, terdapat sembilan orang pengungsi.
Kepala Posko Tanggap Darurat BPBD Kabupaten Jombang, Senopati Zainudin mengungkapkan, selain di dua tempat tersebut, pihaknya juga membuka posko pengungsian di Kantor Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben.
Posko ini dihuni oleh 33 orang dari Dusun Kedondong, Desa Blimbing, yang juga terdampak banjir.
Zainudin menjelaskan, banjir tidak hanya melanda Dusun Beluk, tetapi juga Dusun Kedondong, yang keduanya merupakan wilayah yang berdampingan dan hanya dipisahkan oleh sungai.
"Mulai tadi malam, jumlah pengungsi terus bertambah. Pagi ini juga ada penambahan jumlah yang masuk ke posko," ujar dia saat ditemui Kompas.com di Kantor Desa Jombok.
Dengan kondisi yang terus memburuk, masyarakat berharap agar banjir segera surut dan bantuan dapat segera disalurkan kepada para pengungsi.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/11/192354678/pengungsi-banjir-di-jombang-mengeluh-gatal-dan-kurang-tidur