Salin Artikel

Sensasi Jenang Grendul Madiun, Lembut Teksturnya, Kenyal Bolanya, Diburu Segala Usia

Tak hanya itu, jenang berwarna coklat muda acapkali menjadi sajian khusus bagi warga untuk dinikmati setiap hari.

Cita rasa Jenang Grendul yang lembut dan legit mampu menggugah selera siapa pun yang menikmatinya.

Kendati terbuat dari bahan makanan sederhana, Jenang Grendul tetap menjadi menu yang istimewa dan tidak lekang oleh waktu.

Jenang Grendul terbuat dari tepung ketan yang dibentuk bulat, dimasak dengan gula merah dan disajikan dengan kuah santan. Hidangan ini pun memiliki tekstur bulatan kenyal dan rasa manis yang khas.

Cara buat Jenang Grendul

Untuk membuat Jenang Grendul tidaklah sulit. Awalnya tepung ketan yang dicampur dengan air hingga menjadi adonan, kemudian dibentuk menjadi bulatan-bulatan kecil.

Setelah itu bulatan direbus dalam air hingga mengapung yang menandakan sudah masak.

Selanjutnya, tinggal memanaskan air lalu masukkan gula merah bersama dengan grendul yang sudah dibentuk dan masak hingga mengapung.

Agar jenangnya legit tambahkan sisa tepung kemudian aduk hingga mengental dan lembut.

Sementara pembuatan kuah santan cukup merebusnya dengan api kecil sambil diaduk agar santan tidak pecah.

Terakhir, Jenang Grendul yang sudah jadi dituang dalam mangkuk saji disiram dengan kuah santan.

Keunikan tekstur dan cita rasa yang menggoda membuat Jenang Grendul sangat disukai beragam usia. Mulai dari anak hingga lansia dipastikan tak akan menolak bila mendapatkan semangkok Jenang Grendul.

Diburu segala usia

Agus, salah satu penjual Jenang Grendul di Lapak Taman Obor, Kelurahan Oro-Oro Ombo, Kota Madiun mengaku pembelinya tak hanya dari kalangan orang tua saja. Anak muda hingga anak-anak pun menyukai Jenang Grendul.

"Yang beli di sini tidak hanya orang tua dan anak-anak saja. Remaja dan orang dewasa banyak juga yang membeli bubur. Bisa makan di tempat atau dibawa pulang," kata Agus.

Terlebih lapaknya tidak hanya menjual Jenang Grendul. Agus bersama istrinya, Dyah Retno, juga menjual jenang lainnya seperti ketan hitam, kacang hijau, sumsum dan pacar cina.

Harganya pun murah meriah. Satu mangkok, Agus bersama istrinya menjual aneka jenang di lapaknya sebesar Rp 7.000.

Keberadaan Jenang Grendul dan sumsum makin diburu pecinta kuliner pada saat bulan Ramadhan.

Sambil menunggu azan magrib, banyak warga menyempatkan diri mencari Jenang Grendul dan Jenang Sumsum sebagai makanan pembuka puasa.

Untuk acara adat hingga pemerintahan

Menurut Agus, acapkali dirinya mendapatkan pesanan pembelian bubur grendul dan sumsum dari warga untuk keperluan acara adat.

Tak hanya itu, acara-acara dinas di Pemkot Madiun pun sering memesan bubur grendul dan sumsum dari lapaknya.

"Kami biasa juga dipesan untuk acara hajatan dari warga hingga sekolah dan kampus. Biasanya makan jenang itu dijadikan sebagai acara syukuran setelah hajatan selesai," kata Agus yang membuka lapaknya mulai pukul 06.30 hingga 13.00 WIB.

Lantaran banyak pesanan, Agus bersama istrinya memilih tidak membuka lapaknya dalam satu hari. Sebab dalam satu hari, pemesanan bisa berada di lebih dari dua tempat.

"Beberapa waktu lalu ada dua sekolah dan satu kampus yang memesan. Jadi warung di lapak tidak buka,” ungkap Agus.

Agus bersyukur dari berjualan aneka jenang di lapak bersama istrinya mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

Cocok untuk menu sarapan

Beberapa pecinta kuliner mengaku meski tekstur jenang lembut dan kenyal, menikmati semangkok jenang grendul sudah mengenyangkan.

Rasa manis gula Jawa dan gurihnya santan dapat menggantikan nasi sebagai sarapan pagi.

"Kalau saya cocok untuk sarapan pagi sudah mengenyangkan. Rasanya yang manis dan santannya yang gurih sudah cukup menjadi energi untuk beraktivitas hingga siang hari," ujar Joko, warga Kota Madiun.

Lain halnya dengan Joko, Sulistyo memilih menikmati Jenang Grendul dicampur dengan jenang sumsum. Dari campuran itu, cita rasanya tidak terlalu manis namun kegurihan sumsumnya lebih terasa.

"Saya lebih suka kalau Jenang Grendul dicampur dengan sumsum. Jadinya rasanya tidak terlalu manis."

"Dengan campuran itu, kegurihan paduan dua jenang itu menjadikan lebih enak dikonsumsi,” ungkap Sulistyo.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/11/104543178/sensasi-jenang-grendul-madiun-lembut-teksturnya-kenyal-bolanya-diburu

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com