Salin Artikel

Membongkar Fakta Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri: Korban Dikenal Toleran

KOMPAS.com - Peristiwa tragis pembunuhan satu keluarga di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, telah menarik perhatian publik. 

Pelaku, Yusa Cahyo Utomo (35), yang merupakan adik ipar korban, secara brutal membunuh Kristina, Agus Komarudin, dan salah satu anak mereka, Christian Agusta Wiratmaja. Namun, ia memilih untuk tidak menghabisi nyawa anak bungsu keluarga itu berinisial S.

Menurut AKP Fauzy Pratama, Kasat Reskrim Polres Kediri, insiden dimulai saat Yusa menyerang Kristina dan Agus di dapur. 

Kedua anak korban, yang terbangun karena mendengar keributan, mencoba melarikan diri.Yusa mengejar mereka, memukul Christian hingga tewas, dan melukai S. 

"Pelaku mengejar dan memukul Christian di bagian kepala sebanyak dua kali hingga tak bergerak. Setelah itu, Yusa memukul Samuel satu kali di kepala," jelas AKP Fauzy.

Meskipun terluka parah, S masih bergerak dan merangkak ke arah tempat tidur. Namun, Yusa tidak melanjutkan serangannya. 

"Yusa membiarkan korban S yang masih kecil dalam kondisi bernapas karena merasa iba," ungkap AKP Fauzy.

Setelah memastikan tiga korban lainnya tidak bernapas, Yusa mencoba menghilangkan jejak dengan menutupi tubuh kedua anak korban yang sudah berlumuran darah menggunakan pakaian. 

Ia juga mencuri barang berharga seperti kamera CCTV, ponsel, dan mobil, sebelum melarikan diri. 

"Kamera CCTV dan palu yang digunakan sebagai alat pembunuhan dibuang di Sungai Brantas," tambahnya.

Kondisi korban selamat

Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto, menyampaikan bahwa kondisi S saat ini menunjukkan perkembangan positif. 

"Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik meski masih mengalami luka," ujar AKBP Bimo. Untuk memastikan pemulihan psikologis S, pihak kepolisian juga memberikan pendampingan khusus.

Keputusan Yusa untuk membiarkan S hidup telah menimbulkan diskusi mengenai sisi emosional pelaku di tengah tindakan yang keji.

"Pelaku meninggalkannya dalam kondisi bernapas karena merasa kasihan pada yang paling kecil," ulang AKP Fauzy, menegaskan perasaan iba yang menjadi dasar keputusan tersebut.

Saat ini, Yusa harus menghadapi proses hukum dengan ancaman hukuman mati sesuai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Sementara itu, Samuel yang selamat menjadi saksi hidup dari tragedi yang menimpa keluarganya, sekaligus simbol harapan di tengah luka mendalam yang ditinggalkan.

Sosok keluaga toleran

Sekretaris Desa Pandantoyo, Fendi Yoga, menyampaikan bahwa Agus adalah seorang guru SD di Desa Babadan, Kecamatan Ngancar. Sementara itu, istrinya, Kristina, merupakan pegawai negeri yang juga mengajar di sebuah SD di Kabupaten Tulungagung.

"Bahkan pada Pilpres Februari 2024 kemarin, Bu Kristina menjadi Ketua PPS di sini," ujar Fendi Yoga saat dihubungi Kompas.com.

Fendi menambahkan, warga setempat mengenal keluarga tersebut sebagai sosok berpendidikan tinggi dengan aktivitas sosial yang positif.

Kehidupan keagamaan mereka pun dikenal taat dan toleran. Meskipun berasal dari keluarga beragama Nasrani, mereka tetap menghargai tradisi umat agama lain, termasuk merayakan Lebaran dengan berkunjung ke rumah tetangga.

"Meski Nasrani, kalau Lebaran, mereka juga ikut berkeliling ke rumah-rumah tetangga untuk berlebaran," ungkap Fendi.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/08/113331578/membongkar-fakta-pembunuhan-satu-keluarga-di-kediri-korban-dikenal-toleran

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com