Salin Artikel

Rekonstruksi Lansia Bunuh Adik dan Keponakan di Surabaya: Tak Ada Cekcok, Pelaku Sakit Hati

Kapolsek Sukomanunggal, Zainur Rofiq, mengatakan bahwa rekonstruksi pembunuhan tersebut memperagakan 31 adegan. Menurutnya, tidak ada hal baru yang ditemukan.

"Jumlahnya ada 31 adegan dalam rekonstruksi itu. Iya, sama seperti pra-rekonstruksi sebelumnya ada 31 adegan, artinya tidak ada temuan baru," kata Zainur, usai rekonstruksi, Kamis (5/12/2024).

Pelaku, Andy, tampak mengenakan kaus oranye selama reka adegan berlangsung.  Aparat kepolisian melepaskan borgol tersangka ketika memulai rekonstruksi di rumah tersebut.

Zainur mengungkapkan bahwa tidak ada adegan cekcok antara pelaku dengan adik kandungnya, Sundari Hartatik (60).

Namun, menurut dia, tersangka sakit hati karena ucapan sebelum hari kejadian.

"Sesuai dengan yang saya sampaikan kemarin, bahwa dalam rekonstruksi (pembunuhan) itu tidak ada cekcok. Tapi dulunya dia (tersangka) sakit hati karena diejek," ujarnya.

Selanjutnya, tersangka memeragakan memegang pisau dengan posisi membelakangi korban yang sedang duduk.

Ketika itu, bercak darah bekas Sundari terlihat masih menempel di dinding.

"Jadi sesuai dengan rekonstruksi adegan kelima, korban Sundari ini digorok dari belakang, dibekap, lalu digorok," jelasnya.

Dia bersama korban lain, Cynthia Kartika Tjandra (34), berusaha menghentikan tindakan tersangka.

"Lalu keponakannya itu (Cynthia) berusaha melerai (tersangka dengan Sundari) juga. Karena sudah sakit hati, dijadikan sasaran juga oleh tersangka," ujarnya.

Saat reka adegan kesembilan, Cynthia berusaha memegang tangan tersangka yang masih membawa pisau. Namun, tenaga korban kalah, akhirnya pelaku juga menikamnya.

"(Luka) yang ibu (Sundari) itu di leher. Keponakan (Cynthia) ada 8 titik tusukan, dada ada 2, belakang kepala 2 sebelah telinga, di kepala belakang 2, dan ada sayatan di tangan kanan-kiri," tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, keluarga korban pembunuhan, Andy, meminta polisi fokus menyelidiki dugaan perihal pembunuhan berencana. Sebab, pelaku sudah menyiapkan pisau terlebih dahulu.

Kuasa hukum korban, Valens Lamury Hadjon, mengatakan bahwa pihaknya telah mengecek CCTV rumah tersebut.

Hal itu untuk memastikan proses terbunuhnya korban, Sundari dan Cynthia.

"Pelaku berdiri dari duduknya dan sempat mengambil minum. Setelah minum, tangannya mulai masuk ke dalam jaket yang dikenakan, lalu mengambil pisau," kata Valens, Rabu (4/11/2024).

"Pelaku menyergap dari belakang dan langsung menggorok korban Sundari, darahnya berhamburan di tembok, masih ada bekasnya. Ada satu tusukan lagi ke dada sebelah kanan," tambahnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/06/065335278/rekonstruksi-lansia-bunuh-adik-dan-keponakan-di-surabaya-tak-ada-cekcok

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com