Krisis ini disebabkan oleh putusnya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terletak di bawah laut akibat tersangkut jangkar kapal.
Masalah ini telah berlangsung sejak 7 November 2024, dan berdampak signifikan pada kebutuhan air bersih masyarakat setempat.
Menanggapi kondisi tersebut, berbagai kelompok dan elemen masyarakat terus mengirimkan bantuan air bersih untuk memastikan kebutuhan warga terpenuhi.
Bantuan air bersih tersebut dikirim melalui kapal dari pelabuhan Mayangan di Kota Probolinggo menuju Gili Ketapang, dengan waktu tempuh sekitar satu jam.
Setibanya di pulau, antusiasme warga, baik perempuan maupun pria, terlihat jelas saat mereka berebut untuk mendapatkan air bersih yang sangat dibutuhkan.
"Kami memang sangat membutuhkan bantuan air bersih karena aliran dari PDAM terputus akibat tersangkut jangkar kapal," ungkap Asna, salah seorang warga setempat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Probolinggo, Oemar Sjarif, menyatakan, pihaknya setiap hari mengirimkan air bersih melalui kapal penyeberangan, dengan total pengiriman antara 4.000-26.000 liter air.
"Proses perbaikan semoga bisa segera selesai," kata Oemar.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Probolinggo dan Kepala Polres setempat juga memantau langsung upaya perbaikan pipa PDAM yang terputus.
"Kami berharap suplai air bersih dapat kembali normal segera. Tim saat ini masih berupaya keras memperbaikinya," ungkap Ugas.
Sejumlah teknisi saat ini tengah berupaya menyambungkan kembali pipa PDAM yang terputus di tengah laut untuk mengatasi krisis air bersih yang melanda warga.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/03/171751478/krisis-air-bersih-warga-gili-ketapang-berebut-air-kemasan-di-pelabuhan