Salin Artikel

Lontong Tahu Telur Madiun, Lembut dengan Guyuran Saus Kacang

Kios sederhana yang berada di Jalan Panglima Sudirman, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, tak pernah sepi pembeli.

Banyak pecinta kuliner yang datang dan menjadikan lontong tahu telur Madiun sebagai menu santap siang maupun malam.

Setiap hari, warung Lontong Tahu Telur Bu Tri buka mulai pukul 09.00-22.00 WIB. Tak sendirian, Bu Tri dibantu anaknya bernama Malik.

“Ibu jualan mulai pagi sampai sore. Kemudian sore hari saya gantikan bersama istri saya hingga malam hari,” ujar Malik yang ditemui Kompas.com di warungnya, beberapa hari yang lalu.  

Malik bercerita, salah satu kekhasan Lontong Tahu Telur ala Madiun adalah tidak menggunakan mie seperti daerah lain.

Sementara, dalam menu lontong tahu telur Madiun berisikan tahu telur, kacang, tauge, daun seledri, serta potongan mentimun krai, yang disiram dengan kuah bumbu kacang.

Kelembutan lontong yang disiram dengan kuah bumbu kacang dan kecap tadi menjadi ciri yang unik.

Seperti halnya nasi pecel dan soto, lontong tahu telur juga menjadi salah satu makanan tradisional legendaris khas Madiun yang masih eksis hingga kini.

Menurut Malik, di warungnya ini sajian lontong tahu telur, kuah kacang tak langsung dicampur petis. Sebab, ada beberapa pembeli lebih menyukai lontong tahu telur tanpa ditambah bumbu petis.

“Kalau mau ditambah bumbu petis bisa. Tetapi harus pesan diawal. Jadi bisa kami tambahkan bumbu petisnya,” tutur Malik.

Satu porsi lontong tahu telur besutan Bu Tri dijual super murah. Para pecinta kuliner cukup mengeluarkan uang Rp 13.000 untuk membayar satu porsi lontong tahu telur.

Tak hanya itu, bagi mereka yang tak suka telur, warung Bu Tri juga melayani pesanan lontong tahu tanpa telur dengan harga Rp 11.000 per porsi.

Lalu, bila menyukai porsi jumbo, Warung Bu Tri juga sudah mempersiapkan bagi pecinta kuliner yang suka mengonsumsi makanan dengan porsi besar. “Kalau porsi jumbo harganya Rp 20.000,” sambung Malik.

Malik bercerita, banyak orang menilai porsi biasa lontong tahu telur buatan ibunya terlalu banyak. Sehingga banyak pecinta kuliner tidak habis, lalu meminta sisanya dibungkus dibawa pulang.

Malik bersyukur warung makan lontong tahu telur masih tetap bertahan dan banyak dicari pecinta kuliner selama puluhan tahun.

Menurut dia, kualitas bahan dan bumbu yang dipertahankan dari waktu ke waktu menjadi salah satu kunci lontong tahu-nya tetap diburu pecinta makanan tradisional.

Para pelanggan di warung ini pun memberikan kesaksian serupa. Meski bahan-bahan dalam suguhan ini sama dengan kuliner sejenis di daerah lain, namun kelembutan tektur tahu-nya menjadi kunci pembeda lontong tahu telur Madiun.

“Soal rasa saya lebih suka lontong tahu telur Madiun. Selain lembut tahunya, bahan lainnya yang disajikan seperti kacang, tauge hingga mentimunnya fresh,” ungkap Dewi Rosita.

Menurut Dewi, lontong pada makanan tradisional ini juga menjadi ciri khas lainnya. Rata-rata lontong yang disajikan dalam lontong tahu telur sangat empuk.

Bisa jadi, karena beras yang digunakan untuk membuat lontong memiliki kualitas yang bagus.

Lalu, Ari Wibowo pecinta kuliner khas Madiun lainnya menilai, lontong tahu telur selain mengenyangkan perut yang kelaparan, keberadaan sayur touge, mentimun dan daun seledri menjadikan makanan itu kaya akan gizi.

“Menu ini cocok dimakan di malam hari. Terlebih pas hujan-hujan akan sangat nikmat melahap sepiring lontong tahu telur,” kata Ari.

Ari pun meyakini bertahannya makanan tradisional ini lantaran cita rasanya yang terus terjaga.

Tak hanya itu, harga yang terjangkau untuk seluruh kalangan juga menjadikan warung lontong tahu telur masih diburu pecinta kuliner dari luar daerah. 

https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/28/072440878/lontong-tahu-telur-madiun-lembut-dengan-guyuran-saus-kacang

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com