Awalnya, dia dipanggil ke kelurahan pada Selasa (26/11/2024) malam. Nurul mengaku dituding sebagai pengkhianat karena tidak memilih salah satu paslon.
“Saya dipanggil di kantor kelurahan sama kamituwo, itu masih saudara. Dia mengatakan saya pengkhianat karena berbeda pilihan dengan saudara saya,” ujarnya melalui sambungan telepon pada Selasa (26/11/2024).
Nurul mengaku sempat berdebat dengan saudaranya tersebut. Menurutnya, setiap warga bebas memilih paslon yang maju dalam Pilkada Kabupaten Magetan 2024.
Saudaranya yang menjadi kasi pelayanan tersebut mengaku dipanggil dan dimarahi oleh lurah karena ada saudaranya yang beda pilihan.
“Katanya dia dimarahi Mbah Lurah karena saya beda pilihan. Dia juga mengatakan saya tidak menghormati dia sebagai perangkat desa karena saya memilih paslon lain. Saya memang didata oleh RT, tapi pemilu itu hak saya untuk memilih siapapun paslon,” imbuhnya.
Tak berhasil membujuknya, Nurul mengatakan perangkat desa tersebut mengancam akan memutuskan tali persaudaran dengan dirinya.
“Karena saya tetap memilih sesuai keinginan saya, Pak de mengancam sejak detik itu saya bukan saudaranya,” ucap Nurul.
Sementara itu, Karno, perangkat desa, mengaku mengintimidasi keponakannya karena memang beda pilihan.
"Saya menjadi perbincangan warga dan malu karena keponakan saya memilih paslon lain. Dikira saya tidak bisa mengatur saudara," katanya.
Dia mengaku intimidasi yang dilakukan murni karena malu dengan warga dan perangkat lainnya. Meski demikian, dia mengatakan akan menyelesaikan permasalahan tersebut secara damai.
"Itu inisiatif saya sendiri karena saya malu dianggap tidak bisa mengatur keponakan saya sendiri. Saya akan menyelesaikan secara keluarga nanti, kalau soal pilihan saya serahkan kepada ponakan saya," pungkasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/27/104205178/cerita-warga-magetan-diintimidasi-perangkat-kelurahan-karena-beda-pilihan