Salin Artikel

Sate Komoh Bu Saminah, Kuliner Legendaris Pasuruan yang Buka 3 Jam Sehari

Dua lembar keber kuning merupakan bagian dari tanda yang dikenal sebagai warung 'Saminah' rawon sate komoh Pasuruan.

Usai memasang keber, dia melanjutkan menata dua panci ukuran sedang untuk dipanaskan di atas tungku arang.

Perlahan, dia mengaduk kuah rawon yang sudah dimasak dari rumahnya. Sedangkan dua saudaranya menata puluhan tusuk sate komoh untuk dipanaskan juga.

Kepulan asap dari panggangan arang pun mulai terasa bau bakaran daging yang gurih.

"Monggo pinarak dulu (silakan duduk dulu) mas, biar satenya dipanggang dulu," sapa Nur pada pelanggannya, Minggu (24/11/2024).

Usai menata seluruh menu nasi, sate, empal, tauge, dan sambal, Nur mulai menuangkan nasi di atas piring. Kemudian, kuah rawon pun mengucur dari 'irus' (gayung kecil) di atas piring.

"Mas pakai nasi normal, ikannya (lauk) sate atau empal," tawarnya.

Awal mula berjualan sate komoh

Bagi orang asli Pasuruan, warung Saminah merupakan pelopor sate komoh atau sate berukuran besar dan berbumbu.

Nur Hidayati menceritakan bahwa warung yang ditempatinya itu sudah generasi ketiga dari paman kakeknya, yakni Haji Adnan dan Hajjah Saminah.

Tahun 1957, Haji Adnan merupakan petugas sekaligus penjaga keamanan Pasar Besar Kota Pasuruan.

Kala itu, bersama istrinya, Hajjah Saminah, dia membuat warung rawon dan sate komoh untuk keperluan sarapan pagi pedagang atau petugas pasar.

"Mulai berdiri hingga sekarang, warung ini bukanya hanya tiga jam saja. Jam 7 pagi sampai 10 pagi. Maksimal tutup jam setengah sebelas siang," ujar Nur.

Selain proses masaknya dilakukan dua kali, daging yang sudah berbumbu itu ditiriskan dulu sebelum dipanggang.

Irisan daging dipilih yang lunak serta ada tambahan irisan 'daging susu' (bagian gajih).

"Setelah daging dibersihkan dan dipotong-potong, daging diulet (ditekan pakai tangan) terlebih dahulu. Kemudian dipanaskan hingga bumbu mengering," terangnya.

Sedangkan untuk kuah rawon, Saminah tetap menggunakan bumbu pada umumnya.

Hanya saja, cara memasaknya yang berbeda. Nur harus menyimpannya lebih lama, sekitar 2-3 hari harus dibiarkan dengan cara dipanaskan.

"Jadi kalau sudah matang, tidak langsung dijual. Menunggu dua hari sampai tiga hari agar rawon semakin sedap," tambahnya.

Karena sejak kecil, dia sudah bisa menikmati rawon berbahan kluwek itu buatan Hajjah Saminah.

"Saya sudah mengenal Bu Saminah dulu. Dan sate rasa sate komohnya ya tetap gurih dan lunak," ujar Irianto.

Selain di warung Saminah, rawon dengan lauk sate komoh ini juga bisa dijumpai di Warung Sederhana di Jalan WR.

Supratman depan Puskesmas Kandangsapi, Warung Sakinah di Jalan Kartini, dan Warung Amanah di pojok utara (depan Stasiun Pasuruan).

Sedangkan untuk harga setiap porsinya berkisar antara Rp 25.000 - Rp 27.000.

Nur Hidayati, pemilik warung Saminah yang meneruskan usaha keluarganya sejak tahun 1957, yang dikenal sebagai pelopor sate komoh di Pasuruan, Jawa Timur.

Warung Saminah hanya membuka warung tiga jam mulai pukul 07:00 - 10:00 WIB. Sate komoh milik warung Saminah yang dikenal lunak dan lebih kering.

"Iya mulai dulu memang kami buka hanya tiga saja. Mulai dari mbah (kakek) dan abah juga", ungkap Nur. 

https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/25/220850678/sate-komoh-bu-saminah-kuliner-legendaris-pasuruan-yang-buka-3-jam-sehari

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com