Salin Artikel

Menikmati Es Krim di Rumah Oma Surabaya, Kedai Estetik yang Nyaman buat Nongkrong

SURABAYA, KOMPAS.com - Sama seperti namanya, pemilik Rumah Oma, Kho Suyanto (56), ingin membuat pelanggannya nyaman berlama-lama di rumah sendiri. Sejak kedai es krim dan pastry itu dibuka pada awal tahun ini, hampir setiap hari nyaris tak pernah sepi pembeli. Apalagi, sejak kedai itu bertebaran di lini media sosial berkat review para food influencer.

Berjualan bersama istri, Laurentia (51), di usia paruh baya tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Kho. Khoko, sapaannya, merupakan seorang pensiunan perusahaan swasta bidang farmasi. Ia ingin mengisi hari-hari tua dengan kesibukan yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang.

“Waktu jalan-jalan ke Bali, kami mampir ke tempat yang jual aneka kroisan, dari situ saya tertarik untuk jualan pastry,” katanya.

“Kayaknya es krim cocok nih,” pikirnya setelah mencari tahu lewat mesin pencarian Google.

Bersama istri yang hobi membuat dessert, pasangan ini berkali-kali mencari komposisi yang pas untuk membuat es krim yang sesuai dengan selera pasar saat ini. Akhirnya, munculah varian strawberry, vanila, matcha, dan chocolate yang berhasil mereka produksi secara home made.

Tak disangka, es krim home made bikinannya cukup menarik banyak peminat, terutama kalangan anak muda. Apalagi dengan ramainnya tren ice cream date.

Tidak hanya menikmati es krim saja, mereka juga tidak lupa berselfie dengan pasangan untuk diunggah di media sosial.

Tren yang semacam ini membuat usaha Khoko dan Laurine mendapatkan promosi secara gratis melalui pelanggannya. Bagi kalangan Gen Z, desain Rumah Oma yang terlihat estetik sangat menarik untuk dipotret menggunakan kamera ponsel mereka.

“Kalau desain ini yang merancang anak saya sendiri, dia jurusan Ilkom (Ilmu Komunikasi) tapi suka hangout ke kafe-kafe. Gerobaknya ini pun kami custom sendiri,” ucap pria asal Kalimantan Selatan tersebut.

“Rata-rata orang suka es krimnya karena mirip gelato. Kami menjual murah karena awal-awal segmen kami adalah anak-anak SD yang ada di samping kedai ini. Tapi, kami juga berpikiran, kami ingin es krim dan gelato bisa dinikmati semua kalangan,” tuturnya.

Khoko memproduksi es krim dengan tingkat kemanisan yang pas seperti tanpa pemanis buatan. Teksturnya yang lembut, mudah meleleh di lidah. Topping selai, kacang, dan oreo disediakan free untuk pelanggan membuat es krim terasa lebih gurih dan krispi.

“Untuk vanila tidak saya keluarkan di mes es ini karena mudah leleh. Jadi saya simpan di dalam supaya tetap mengkristal saat disajikan,” terang pria berkacamata itu.

Saat menyajikan es krim, sang owner terlebih dahulu mengelap sendok menggunakan tisu sebelum diletakkan di samping gelas. Es krim itu pun kian menggoda di tengah teriknya Surabaya pukul 15.00 WIB.

Begitupun dengan pastry yang dijual mulai dari Rp 12.000. Pastry itu disajikan ke pelanggan dalam kondisi fresh from the oven. Saat digigit, teksturnya renyah dan garing di luar serta lembut saat dikunyah. Gurih mentega pun menambah cita rasa makanan ringan ini. Cocok disantap saat sore hari.

Khoko berharap, kedainya yang berlokasi di Jalan Jais Nomor 99 kawasan wisata heritage Peneleh ini semakin menguatkan bisnisnya. Terlebih, banyak pelanggan dan wisatawan yang wara-wiri di sekitar situ.

“Pemerintahan Kota Surabaya sudah membuat daerah sini jadi tempat wisata, semoga bisa menjadi daya tarik. Tapi yang namanya usaha yang penting jalan dulu,” pungkas ayah satu anak tersebut.

Eks Krim Rumah Oma Surabaya mulai bisa dinikmati sejak pukul 10.00 hingga 17.00 WIB selain hari Minggu, Rabu dan tanggal merah.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/18/103043978/menikmati-es-krim-di-rumah-oma-surabaya-kedai-estetik-yang-nyaman-buat

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com