Salah satunya adalah petani tomat yang gagal panen lantaran buahnya membusuk akibat terdampak curah hujan tinggi.
Beberapa petani tomat yang ditemui di Desa Kebonsari, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, mengaku buah tomatnya membusuk setelah hujan deras terus-menerus mengguyur dalam dua pekan terakhir.
“Tingginya intensitas hujan menjadikan kami gagal panen. Banyak buah tomat kami rusak dan membusuk,” kata Jaenuri, Rabu (13/11/2024).
Jaenuri mengatakan curah hujan tinggi membuat buah tomat milik para petani menjadi pecah. Kondisi itu menjadikan buah tomat membusuk di pohon.
Tak hanya itu, curah hujan yang tinggi juga menjadikan pertumbuhan tanaman tomat menurun. Hal itu terlihat dari daun pohon tomat yang tumbuh mengeriting.
“Curah hujan tinggi juga menjadikan tanaman rawan terkena jamur,” jelas Jaenuri.
Menurut Jaenuri, banyaknya buah pohon tomat yang rusak menjadikan para petani gagal memanen tomatnya. Bahkan, petani memilih membiarkan tanaman tomatnya mati.
“Kalau mau dirawat khusus, akan tambah biaya lagi. Padahal sebelum hujan itu, pohon tomat tumbuh bagus dan buahnya besar-besar,” ujar Jaenuri.
Saat ini, harga tomat di pasaran mencapai Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per kilogramnya.
Namun, keuntungan itu tidak dapat diraih petani lantaran saat ini satu petani maksimal hanya dapat memanen 20 kilogram.
Sedangkan sebelumnya, sekali panen, petani dapat meraih tiga kuintal buah tomat.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto, yang dikonfirmasi terpisah, menyatakan tanaman holtikultura seperti tomat tidak cocok ditanam saat musim penghujan.
Semestinya, menanam tanaman tomat dilakukan saat musim kemarau sehingga dapat maksimal panennya.
"Kalau tanam tomat di musim penghujan tidak pas. Sebaiknya budidaya tanaman holtikultura dilakukan saat musim kemarau," kata Sumanto.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/13/134634878/cuaca-ekstrem-landa-madiun-petani-tomat-gagal-panen