Salin Artikel

Guru Minta Murid Pakai Topeng Saat Ujian, Dispendik Surabaya: Strategi Pembelajaran

SURABAYA, KOMPAS.com - Dinas Pendidikan Kota Surabaya menilai keputusan guru SDN Sememi 1 yang meminta muridnya menggunakan topeng ketika ujian merupakan inovasi model pembelajaran.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh mengatakan, penggunaan topeng oleh murid kelas 6 SDN Sememi 1 saat ujian matematika termasuk strategi pembelajaran.

"Strategi pembelajaran itu kadang, guru banyak model. Contohnya ada yang model wayang, supaya apa? Menyesuaikan kondisi," kata Yusuf ketika dikonfirmasi, Jumat (8/11/2024).

Yusuf mendukung model pembelajaran menggunakan konsep yang berbeda tersebut. Sebab, para murid menjadi tidak bosan dalam menerima pelajaran di sekolah.

"Jadi, model strategi enggak mesti monoton. Yang terpenting kan mudah-mudahan positif, ya contohnya kayak tadi (menggunakan topeng), kondisi anak-anak bisa menerima," ujarnya.

Akan tetapi, Yusuf juga mengingatkan kepada para guru untuk melihat kondisi anak didiknya di kelas sebelum memutuskan menggunakan alat tertentu ketika menyampaikan materi pelajaran.

"Mendukung enggaknya itu, guru di setiap sekolah enggak sama, harus menyesuaikan pembiasaan anak dengan model variasi yang menyenangkan dan mudah dipahami," jelasnya.

"Contoh cerita sejarah, guru pakai model wayang atau topeng itu bisa, tapi tetap melihat koridor waktunya. Jangan sampai menjadikan anak tidak senang ini kan repot," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, seorang guru meminta muridnya menggunakan topeng ketika berada di dalam kelas. Hal tersebut bertujuan agar tidak saling mencontek ketika ujian sekolah.

Berdasarkan video yang diunggah akun TikTok @haya.co, tampak seorang guru wanita mengenakan topeng berwarna oranye. Kemudian, terlihat murid kelas 6 itu juga menggunakanya.

Guru tersebut adalah Intan Kusumaningrum. Anak dalam video tersebut adalah murid kelas 6 di SDN Sememi 1. Topeng itu digunakan saat ujian pada Senin (28/10/2024).

"Saya kasih tahu murid hari Jumat, ada ulangan hari Senin. Mereka (murid) enggak tahu kalau ulangan disuruh pakai topeng," kata Intan ketika dikonfirmasi, Kamis (7/11/2024).

"(Awalnya) saya enggak bilang topengnya dipakai pas ulangan. Mereka semua bawa, saya tidak memaksa beli karena bisa membuat, yang ada saja," tambahnya.

Intan hanya meminta muridnya mengenakan topeng tersebut hanya di 10 menit awal ujian. Menurutnya, metode itu berhasil membuat siswanya tidak mencontek.

"10 menit itu efektif enggak noleh-noleh, karena kalau noleh ada suara tertawa dan kesusahan fokus ke ujian masing-masing. Antara fokus capek, bingung, enggak bisa nyontek," jelasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/08/192504878/guru-minta-murid-pakai-topeng-saat-ujian-dispendik-surabaya-strategi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com