Salin Artikel

Santri di Gresik Tewas Dianiaya Junior, Dipukul Pakai Batu Bata

Seorang santri tewas karena dianiaya juniornya. Korban mengalami luka karena dipukul juniornya menggunakan batu bata.

Nur Yahya Hanafi mewakili Ponpes Al Mustofa mengatakan, kejadian tersebut melibatkan dua santri yakni korban berinisial AKH (18) warga Kecamatan Kedamean dengan pelaku HMD (15) asal Kecamatan Wringinanom.

Sebelum meninggal dunia, korban mengetahui terduga pelaku pergi meninggalkan ponpes bersama tujuh orang santri lain, Kamis (31/10/2024).

"Kejadian bermula saat terduga pelaku bersama tujuh rekannya pergi, tanpa seizin pengurus pondok sekitar pukul 21.00 WIB." 

"Itu diketahui korban yang merupakan wakil kepala ruangan di pondok," ujar Nur Yahya kepada awak media, Senin (4/11/2024).

Mengetahui kejadian tersebut, jelas Nur Yahya, korban bersama keamanan ponpes mencari keberadaan para santri menggunakan mobil.

Enam santri ditemukan. Sementara terduga pelaku bersama satu santri lain, pada saat itu tidak berhasil ditemukan.

"Karena dinilai melanggar aturan, korban kemudian memberikan sanksi potong rambut kepada enam santri yang keluar tanpa izin," ucap Nur Yahya.

Sementara terduga pelaku dan seorang santri lain yang tidak ditemukan, baru kembali ke ponpes pada Jumat (1/11/2024) sekitar pukul 00.30 WIB.

Mereka kaget lantaran enam santri lain yang sempat keluar meninggalkan ponpes diberikan sanksi berupa pemotongan rambut, sehingga terduga pelaku akhirnya emosi dan meluapkannya kepada korban.

Korban yang saat itu sedang tertidur, langsung dihantam menggunakan batu bata di bagian kepala.

Akibatnya, korban mengalami pendarahan dan dilarikan ke Rumah Sakit Anwar Medika, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Dr Soetomo di Surabaya. Sayang, korban akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

"Ini juga menjadi evaluasi dan catatan bagi pondok. Kami mengikuti proses hukum, yang saat ini berjalan," kata Nur Yahya.

Kasus tersebut sudah ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Gresik, lantaran terduga pelaku masih di bawah umur.

Polisi telah memeriksa tujuh orang saksi yang merupakan santri, pengurus ponpes dan keluarga korban. Termasuk, telah mengamankan terduga pelaku.

Dari keterangan para santri yang berada di ruangan sama, saat itu terduga pelaku langsung masuk dan memukul korban dengan batu bata ringan berwarna putih panjang 60 sentimeter.

Terduga pelaku memukul korban tiga kali, hingga batu bata pecah menjadi tiga bagian. Kejadian tersebut dikuatkan dengan barang bukti berupa rekaman CCTV yang ada di lokasi.

"Sesuai sistem peradilan pidana anak, statusnya sebagai anak berhadapan dengan hukum (ABH). Namun demikian, proses hukum terus berlanjut." 

"Dari hasil pemeriksaan awal, motif pelaku karena dendam, untuk unsur-unsur lainnya masih kami dalami," tutur Kasatreskrim Polres Gresik, AKP Aldhino Prima Wirdhan.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/11/04/152848378/santri-di-gresik-tewas-dianiaya-junior-dipukul-pakai-batu-bata

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com