Penerbangan dari Jember ke Surabaya telah terhenti dalam waktu yang cukup lama.
"Bandara harus ada, jangan sampai mati seperti sekarang. Era Pak Djalal dan Bu Faida, bandaranya hidup, sekarang mati," ungkap Fawait usai debat publik pertama di Hall New Sari Utama, Sabtu (26/10/2024).
Fawait menjelaskan, persoalan yang menghambat pengembangan Bandara Notohadinegoro dapat diselesaikan melalui sinergi antara pemerintah daerah, provinsi, dan pemerintah pusat.
Salah satu isu utama adalah terkait hak kepemilikan lahan bandara, yang merupakan tanah milik PTPN.
"Saya pikir tidak ada yang tidak bisa terselesaikan, ketika Presidennya adalah Prabowo, Bupatinya Gus Fawait," tegas dia.
Fawait juga menambahkan, penyelesaian masalah lahan milik BUMN akan lebih mudah dibandingkan dengan proses pembebasan lahan milik warga.
"Lebih sulit bernegosiasi dengan masyarakat dibandingkan dengan milik pemerintah," ujar dia.
Fawait lalu berkomitmen untuk segera membuka Bandara Notohadinegoro, termasuk rute Jember-Jakarta, guna menarik investasi di sektor riil, membuka lapangan kerja, dan menurunkan angka kemiskinan.
Ia juga menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur jalan tol yang melewati Jember.
"Jika tidak bisa, kami memiliki wakil ahli tata ruang kota dan pembangunan infrastruktur, yaitu Pak Djoko," tutur dia.
Dalam upaya mengatasi kemacetan yang semakin meningkat, Fawait menyatakan pihaknya telah menyusun program untuk menambah ruas jalan.
"Hari ini, rasio penambahan ruas jalan lebih kecil dibandingkan rasio penambahan kendaraan, makanya macet di mana-mana," papar dia.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/10/27/055610678/usai-debat-fawait-janji-hidupkan-bandara-notohadinegoro-jember