Salin Artikel

Datang ke Banyuwangi, Cagub Jatim Risma Kaget Usai Cicipi Klemben

Dalam pertemuan yang digelar di Cafe De'Gentong yang ada di Lingkungan Watu Ulo, Desa Resjosari pada malam ini, Risma bertemu dengan para pelaku UMKM yang telah menunggu sejak sore.

Di hadapan para pelaku UMKM inilah, Risma mencicipi kudapan khas Banyuwangi yakni klemben.

"Rasanya enak, tidak manis dan juga tidak asin. Seandainya ini bisa lebih krispi lagi pasti disukai oleh wisatawan luar negeri."

"Saya tidak bisa masak, tapi ini keningarnya harus ditambah sedikit," begitu kometar Risma.

Ia pun sempat bertanya soal harga dari kudapan tersebut. Risma sempat kaget saat tahu makanan yang dicicipinya itu dijual cuma seharga Rp 10.000 dengan isi 20 potong klemben.

"Target penjualan kita nanti keluar negeri. Ibu-ibu nanti buat ukuran lebih kecil dan kemasannya bijian. Dijual satuan, pasti lebih untung," kata Risma kemudian.

Selain soal klemben, Risma juga mendengarkan curhatan dari warga. Edy -misalnya. Pemilik usaha minuman rempah ini mengaku produknya tidak bisa dijual dalam jumlah maksimal.

"Sudah ditaruh di pusat oleh-oleh tapi tidak maksimal. Di retail, harus produk makanan. Jujur saya kesulitan menjual produk kami. Semoga ibu bisa membantu market pemasaran kami," kata Edy.

Mantan Wali Kota Surabaya tersebut kemudian mengatakan, sepanjang makanan atau minuman enak, maka produk tersebut pasti laku.

"Saat Covid-19, penjualan minuman sehat itu naik 200 persen. Laku semuanya. Ada juga makanan non gluten, yang penting rasanya enak, packing-nya bagus," kata dia.

"Nanti kita bantu packing, branding termasuk perizinan," kata Risma.

Selain itu, ada pelaku bisnis kopi, Darma Setiawan yang mengeluhkan harga kopi yang meroket tinggi, tapi tidak dinikmati oleh petani kopi.

"Harganya dari Rp 40.000 per kilogram menjadi Rp 90.000. Kami kalah dengan pabrikasi."

"Petani butuh uang cash dan pabrik menawarkannya pada petani. Diutangi oleh pabrik. Kami berharap ada koperasi untuk para petani," kata Darma Setiawan.

Menanggapi pernyataan Darma, Risma mengaku masih mencari formula untuk memenuhi kebutuhan petani, juga nelayan.

"Dulu saya masih di Surabaya buat aturan bahwa BPR harus turun ke rakyat. Yang PNS hanya 25 persen, sisanya untuk masyarakat lain."

"Nah sekarang saya masih hitung-hitungan, apakah menggunakan BPR atau koperasi, karena BPR ini kan milik Pemerintah. Saya akan pikirkan itu, buat formulanya," kata Risma.

Sebelum bertemu dengan pelaku UMKM, Risma juga menghadiri acara Sarasehan Peran Perempuan dalam Pemenangan Pilkada Serentak 2024 di Savana Park, Jajag, Banyuwangi.

Dikutip dari situs pdiperjuangan-jatim.com, relawan perempuan yang terdiri atas pelaku usaha mikro, kelompok arisan hingga kelompok Posyandu dan penyandang disabilitas, mengungkapkan persoalan-persoalan kepada Risma.

Rata-rata para perempuan yang hadir di acara tersebut, mengeluhkan biaya pendidikan, kesehatan dan modal usaha.

“Masalah biaya pendidikan SMA/SMK nantinya saya gratiskan. Saya sudah menghitung, untuk menggratiskan biaya sekolah itu bisa,” ujar Risma.

“Saya tahu, masalah pendidikan itu prioritas utama, dan saya ngerti yang dihadapi ibu-ibu terkait masalah pendidikan anak-anaknya,” tambah dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/10/24/222124278/datang-ke-banyuwangi-cagub-jatim-risma-kaget-usai-cicipi-klemben

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com