Salin Artikel

Mengenal Batik Jeruji Karya Warga Binaan Lapas Banyuwangi

Salah satu stan memamerkan Batik Jeruji yang dibuat oleh warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi.

Kasi Kegiatan Kerja (Kasi Giatja) Priyo Asmanto saat ditemui Kompas.com di Hutan De Jawatan mengatakan produksi batik dilakukan warga binaan Lapas Banyuwangi sejak tahun 2018.

"Saat itu motif yang digunakan adalah batik gajah oling jeruji. Ciri khasnya adalah adanya simbol seperti borgol dalam batiknya," kata dia menunjukkan simbol warna merah yang ada di kain batik.

"Ini sudah didaftarkan di HAKI (Hak Kekayaan Intelektual)," kata Priyo, Sabtu (19/10/2024).

Ia mengatakan dengan jalannya waktu, pembuatan batik di lapas tak maksimal karena warga binaan yang memiliki keahlian batik sudah bebas. Hingga akhirnya pada tahun 2022, pembuatan batik diinisiasi oleh petugas lapas yang mengajarkan pembuatan batik ke para warga binaan.

"Jadi kalo dulu inisiatif dari warga binaan, yang sekarang petugas lapasnya yang mengajari karena bukan hanya pemberdayaan, tapi bisa jadi bekal keahlian jika para napi ini bebas," kata dia.

Hingga akhirnya pada Juli 2023 lahirlah Batik Jeruji yang dibuat oleh 15 warga binaan Lapas Banyuwangi.

Saat ini sudah ada tujuh motif batik yang dibuat dari dalam lapas Banyuwangi yakni Gandrung Jeruji, Blue Fire Kayu Mati Jeruji, Jenon Wayang Jeruji, Sekar Jagat Wayang Jeruji, Bunga Kopi Jeruji, Blue Fire Wayang Jeruji, dan Jenon Seblang Jeruji .

"Tujuh motif tersebut juga sudah didaftarkan ke HAKI dan target kami sampai akhir 2024 ada 10 motif yang terdaftar di HAKI," kata Priyo.

"Tidak hanya motif yang terinspirasi dari Banyuwangi, tapi juga kearifan lokal lain. Seperti gambar wayang. Tapi selalu ada motif khas yang kamu sertakan," tambah dia.

Hasil batik warga binaan Lapas Banyuwangi dijual secara offline di galeri lapas serta melalui media sosial Instagram galeryosing_paswangi. Dari 900 warga binaan, hanya 15 orang yang fokus mengerjakan Batik Jeruji.

"Alhamdulilah selalu ada pesanan. Kami pernah mengerjakan 400 pesanan dari PIPAS (Paguyuban Ibu-Ibu Pemasyarakatan)," kata dia.

PIPAS merupakan organisasi yang berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM.

"Jika ada pemesanan berapa pun akan kami kerjakan. Ada 15 warga binaan yang mengerjakan, lal-laki dan perempuan. Tapi pengerjaannya terpisah. Nanti quality control juga kita maksimalkan," kata dia.

Sehelai harga kain batik jeruji dibandrol antara Rp 500.000 hingga Rp 1 juta karena disesuikan dengan kerumitannya.

"Nanti 50 persen masuk ke tabungan warga binaan yang bisa digunakan untuk modal saat bebas," tambah dia.

Menurut Priyo, ia sengaja mengikuti pameran batik untuk mengenalkan Batik Jeruji ke masyarakat.

"Misi lainnya adalah kami berharap jika ada warga binaan yang bebas bisa bekerja di industri batik yang cukup banyak di Banyuwangi karena selama ini stigma membuat mereka sulit diterima bekerja. Memang belum ada, tapi kami harap kedepannya kerjasama ini bisa terwujud," kata dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/10/20/100100678/mengenal-batik-jeruji-karya-warga-binaan-lapas-banyuwangi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com