Pihak keluarga menduga adanya kelalaian dalam prosedur yang dijalankan oleh rumah sakit.
Ibu korban, AV (49), warga Desa Sepande, Candi, Sidoarjo, mengungkapkan bahwa putranya, BP (28), masuk ke ruang ICU pada malam tersebut.
Pada pagi harinya, AV melihat anaknya sudah diberi makanan oleh pihak rumah sakit, meskipun dijadwalkan untuk operasi di siang hari.
"Saya datang pukul 07.00 WIB, sudah ada makanan anak saya. Saya tanya, kok boleh makan? 'Iya ini dikasih makan, terus aku makan'," kata AV ketika dikonfirmasi pada Sabtu, 5 Oktober 2024.
AV merasa bingung karena seharusnya putranya diminta untuk berpuasa sebelum operasi. Selain itu, ia juga menyoroti bahwa tidak ada pemeriksaan kondisi BP sebelum operasi amandel dilakukan.
"Hasil labnya dia (korban) itu 10 hari sebelum operasi. Jadi mau operasi itu nggak ada observasi anak saya, cek darah atau apa, nggak ada, patokannya lab 10 hari yang lalu," jelasnya.
"Dia sudah enggak ada nafasnya, jantungnya berhenti dan dokter bilangnya sudah memompa dan kejut jantung dua jam. Masih di ruang operasi anak saya itu meninggal," ujarnya.
Setelah mengetahui kejadian tersebut, AV meminta ringkasan penanganan anaknya selama di ruang operasi kepada pihak rumah sakit, namun hingga kini permintaannya belum dipenuhi.
"Saya minta resum enggak dikasih sampai sekarang, enggak ada penjelasan juga. Ini ada kelalaian menurut saya, tapi saya belum tahu permasalahannya, siapa yang bertanggung jawab," ungkapnya.
AV telah melaporkan dugaan kelalaian rumah sakit ke Polresta Sidoarjo pada Senin, 30 September 2024, dengan membawa bukti surat kematian, foto saat makan, dan hasil lab.
Sementara itu, Tim Humas Rumah Sakit Siti Hajar, Mahfud, menyatakan bahwa pihaknya sedang berkomunikasi dengan keluarga korban terkait insiden tersebut.
"Pada prinsipnya kami saat ini masih proses mediasi dengan pihak keluarga. Masing-masing tim pendamping hukumnya," kata Mahfud.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/10/05/233219678/pasien-di-sidoarjo-meninggal-usai-operasi-amandel-keluarga-korban-duga-ada