Salin Artikel

Perkelahian Kakak Adik di Kediri Berakhir Tragis: Dugaan Pengaruh Miras dan Pelaku Kabur

KOMPAS.com - Perkelahian berujung maut terjadi antar kakak dengan adik kandung di Kelurahan Balowerti, Kecamatan Kota, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (28/9/2024). 

Menurut polisi, peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 23.45 Wib. Saat itu warga tiba-tiba melaporkan adanya suara pertengkaran keras yang terdengar dari lokasi kejadian. 

Kasat Reskrim Polres Kediri, Iptu M. Fathur Rozikin, menjelaskan, anggotanya pun segera mendatangi lokasi. 

Saat tiba, petugas menemukan korban berinisial DS (34) sudah tergeletak tak bernyawa dengan luka parah di kepala. 

Berdasarkan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), ditemukan pecahan keramik yang diyakini digunakan oleh terduga pelaku, kakak korban, EP (40), untuk menganiaya korban.

"Saat tiba di lokasi, kami menemukan korban berinisial DS dalam kondisi tergeletak dengan luka parah di bagian kepala. Diduga, korban tewas akibat pukulan benda tumpul," ujarnya, dilansir dari Tribunnews.com, Minggu (29/9/2024).

Barang bukti

Jenazah DD langsung dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri untuk dilakukan otopsi. 

Dari hasil sementara di TKP, luka pada kepala DD diyakini disebabkan oleh pukulan benda keras yang mengakibatkan cedera fatal.

Hal itu diperkuat dengan ditemukan barang bukti di lokasi kejadian berupa pecahan keramik. 

"Kami juga sudah amankan keramik tersebut sebagai barang bukti untuk penyelidikan lebih lanjut," katanya. 

Pemicu perkelahian 

Kakak beradik dan seorang saksi awalnya pesta miras lalu duduk santai di gang dekat rumah orangtuanya.

Lalu Mmenjelang tengah malam, obrolan mereka buyar karena DS terlibat cekcok dengan seorang perempuan tetangganya yang baru pulang kerja naik motor.

Saat itu Dadang marah karena merasa terganggu sorot lampu motor tersebut. EP yang mengetahui hal itu berupaya melerainya.

EP pun meminta tetangganya tersebut untuk masuk rumah agar cekcok segera usai. Tetangganya tersebut mengikuti arahan itu.

Namun, rupanya Dadang tidak terima dengan apa yang dilakukan EP. Cekcok sengit antar keduanya pun tak terelakkan.

Polisi buru pelaku 

Namun demikian, saat tiba di lokasi, pelaku sudah melarikan diri. Polisi saat ini masih melakukan pelacakan untuk menangkap terduga pelaku itu. 

Selain itu, Iptu Fathur menjelaskan, pihaknya akan menggali lebih dalam latar belakang pertikaian ini. 

“Kami akan mengusut tuntas kasus ini, baik dari kronologi peristiwa maupun motif di baliknya. Dugaan sementara, pertikaian dipicu oleh pengaruh minuman keras, namun kami perlu memastikan detil yang lebih akurat,” ungkap Fathur dalam keterangannya pada Minggu (29/9/2024).

Dari keterangan warga sekitar, pertengkaran antara DD dan E bukanlah hal yang asing.  Beberapa warga mengungkapkan bahwa kedua saudara ini kerap terlibat konflik, terutama setelah mengonsumsi minuman keras. 

“Mereka sering bertengkar, apalagi setelah mabuk. Sabtu malam itu, sekitar pukul 22.30 WIB, saya mendengar suara ribut. Ternyata mereka kembali bertengkar, dan kali ini berakhir dengan kematian,” ungkap salah satu warga yang tidak mau disebutkan namanya.

Situasi ini membuat warga setempat terkejut dan sedih, karena meskipun pertengkaran sering terjadi, tidak ada yang menduga bahwa pertikaian di antara mereka akan berujung pada tragedi kematian.

Bahaya pengaruh miras

Konflik antara dua saudara ini, yang dipicu oleh konsumsi minuman keras, berujung pada kekerasan yang mematikan. 

Kasus ini juga menjadi pengingat akan bahaya konsumsi minuman keras yang bisa memicu kekerasan dalam lingkup keluarga. 

Masyarakat diimbau untuk lebih waspada dan mencegah konflik serupa agar tidak terjadi tragedi serupa di masa depan.

(Penulis: M Agus Fauzul Hakim | Editor: Glori K. Wadrianto)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Perkelahian Dua Bersaudara Diduga Dipicu Minuman Keras, Pria di Kediri Tewas di Tangan Kakaknya

https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/30/121322478/perkelahian-kakak-adik-di-kediri-berakhir-tragis-dugaan-pengaruh-miras-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com