Pertama, pasangan petahana Rini Syarifah sebagai calon bupati dan Abdul Ghoni sebagai calon wakil bupati.
Pasangan ini diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mengusai 26 kursi atau 52 persen dari total 50 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Blitar.
Pasangan ini juga didukung dua partai politik non-parlemen yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Kedua, pasangan Rijanto sebaai calon bupati dan Beky Herdihansah sebagai calon wakil bupati.
Pasangan yang menamakan diri “Rizky” ini diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang keseluruhan memiliki 24 kursi atau 48 persen dari total 50 kursi di DPRD Kabupaten Blitar.
Pasangan Rijanto-Beky juga didukung sejumlah partai politik non-parlemen.
Berikut ini profil singkat empat figur dari dua pasangan calon tersebut.
Ayahnya, Musa Ismail, adalah salah satu pendiri PKB Kota Blitar.
Ia mengenyam pendidikan dari SD hingga SMA di Blitar. Rini tercatat lulus SD Negeri Kepanjenlor, Kota Blitar pada 1989 dan melanjutkan ke SMP Negeri 1 Kota Blitar.
Ijazah tingkat SMA ia dapatkan dari SMA Negeri 1 Garum, Kabupaten Blitar, tahun 1995. Rini melanjutkan pendidikan tinggi diploma tiga (D3) program studi akuntansi di Universitas Brawijaya Malang.
Menikah dengan Zainal Arifin, Rini dikaruniai 2 anak.
Sebelum masuk ke dunia politik Blitar, nama Rini nyaris tidak dikenal masyarakat Blitar.
Perempuan berusia 47 tahun itu lebih banyak menggeluti bisnis keluarga. Ia ikut mengelola Toko Restu sejak 1996.
Kemudian, mulai 2015 hingga 2019 Rini mengelola usaha peternakan kambing dan sapi.
Pada periode yang sama, ia tercatat sebagai manajer sebuah usaha di bidang sound system, yakni Ultima Sound System. Sejak 2017, Rini tercatat sebagai pengelola rumah makan Bale Karisa.
Sebelum tampil sebagai kandidat kepala daerah dengan nama pencitraan “Mak Rini” pada Pilkada 2020, ia nyaris tidak dikenal publik.
Pada Pilkada 2020, Rini membuat kejutan. Meski hanya didukung koalisi partai politik yang menguasai 17 kursi atau 34 persen dari total kursi DPRD Kabupaten Blitar, Rini berhasil jadi orang nomor satu di Blitar.
Berpasangan dengan pengacara asal Surabaya, Rahmat Santoso, mereka secara mengejutkan mengalahkan pasangan petahana Rijanto-Marhaenis Urip Widodo yang didukung koalisi mayoritas partai politik.
Alhasil, Rini pun tampil sebagai perempuan pertama yang menjadi Bupati Blitar untuk periode 2020-2024.
Selama sekitar 4 tahun kepemimpinannya, sejumlah isu tidak sedap sempat menerpa, yakni penyewaan rumah pribadinya sebagai rumah dinas wakil bupati.
Kemudian, keberadaan Tim Percepatan Pembangunan dan Inovasi Daerah (TP2ID) yang dinilai memiliki kekuasaan terlalu besar pada jalannya roda pemerintahan.
Sejumlah fraksi di DPRD Kabupate Blitar sempat memproses penggunaan hak interpelasi dan hak angket atas kedua isu tersebut namun berhenti di tengah jalan.
Kepemimpinan Rini juga diwarnai gagalnya komunikasi dengan Rahmat Santoso yang berujung pada pengunduran diri Rahmat dari kursi Wakil Bupati Blitar.
Rini juga pernah menghadapi aksi unjuk rasa wartawan Blitar Raya yang memprotes ketertutupannya pada media.
Pada puncak kariernya sebagai birokrat senior, pria kelahiran Blitar 71 tahun lalu ini tercatat sempat menduduki jabatan sebagai Plt kemudian Plh Direktur PDAM Kabupaten Blitar dalam kurun 2003-2007.
Pada periode yang sama, alumni SMA Negeri 1 Kota Blitar itu juga tercatat menjabat sebagai Kepala Satpol PP Kabupaten Blitar.
Selanjutnya, ayah dua anak itu menjabat sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada periode 2005-2007, lalu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar periode 2007-2010.
Alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri yang lulus 1980 itu terjun ke arena politik untuk pertama kalinya ketika mendampingi petahana Bupati Blitar Herry Noegroho memenangkan Pilkada Kabupaten Blitar yang berlangsung akhir 2010.
Setelah satu periode menjadi Wakil Bupati Blitar, Rijanto maju sebagai calon bupati.
Ia menggandeng Ketua DPRD Kabupaten Blitar Marhaenis Urip Widodo yang juga Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI-P pada Pilkada 2016. Mereka melawan “kotak kosong”.
Pada Pilkada 2020, pasangan petahana Rijanto-Marhaenis yang didukung koalisi besar partai politik yang menguasai total 66 persen dari 50 kursi yang ada di DPRD kalah oleh pasangan lawan Rini Syarifah-Rahmat Santoso.
Kekalahan mengejutkan itu juga menjadi kekalahan pertama PDI-P sejak Reformasi 1998 dalam perebutan kursi Bupati Blitar.
Kekalahan yang juga berujung pada keluarnya Marhaenis dari PDI-P dan “menyeberang” ke partai lawan, PKB.
Ditinggalkan Marhaenis, PDI-P Kabupaten Blitar memilih Rijanto sebagai Ketua DPC sejak 2021.
Kini, dalam Pilkada Serentak 2024 Kabupaten Blitar, Rijanto kembali maju. PDI-P yang kehilangan 3 kursi di DPRD Kabupaten Blitar sebagai pengusung dan mendapat dukungan koalisi partai politik yang lebih sedikit, yakni 48 persen dari total 50 kursi DPRD.
Ia harus melawan petahana Rini Syarifah yang pernah mengalahkan dirinya dan kini didukung koalisi partai politik yang menguasai 52 persen dari total kursi DPRD.
Abdul Ghoni
Pria kelahiran Sampang, Pulau Madura, 31 tahun lalu ini menerjuni politik praktis ketika bergabung dengan PSI dan menjadi calon anggota legislatif untuk DPR RI pada Pemilu 2024.
Ia masuk Dapil III Jawa Timur yang meliputi Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso.
Namun perolehan suara Abdul Ghoni tidak seberapa, jauh dari peluang merebut kursi DPR RI.
Ayah satu anak ini mengenyam pendidikan hingga tingka SMA di Surabaya. Pendidikan kesarjanaan dia tempuh di STIB UBI Banyuwangi.
Dia bergabung dengan organisasi gerakan mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan menjadi Ketua PMII Cabang Banyuwangi pada 2015.
Usai menyelesaikan pendidikan S1, Ghoni kembali ke Surabaya dan dipercaya sebagai Ketua Kaderisasi PMII Jawa Timur. Selanjutnya, ia terpilih menjadi Ketua PMII Jawa Timur periode 2018-2022.
Nama Ghoni pertama kali terdengar di telinga masyarakat Blitar pada Kamis (15 Agustus 2024) ketika Partai Demokrat memberikan rekomendasi kepada Rini Syarifah untuk maju dalam Pilkada Kabupaten Blitar 2024 berpasangan dengan dirinya.
Beky Herdihansah
Pengusaha sukses yang dijuluki crazy rich Blitar, Beky Herdihansah, mulai terkenal seiring popularitas pendakwah muda Blitar Gus Iqdam, pengasuh majelis taklim Sabilu Taubah.
Pria berusia 40 tahun asal Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar yang sering dipanggil “Kaji Beky atau Kaji Beki” itu memiliki penampilan nyentrik pada rambutnya yang berjambul dan dicat biru.
Media sering menyorot rumahnya yang digambarkan bak istana raja, sebagaimana dikatakan Gus Iqdam di satu unggahan media sosial.
Di kalangan warga Blitar, Beky dikenal sebagai pengusaha sukses yang mendapatkan pundi-pundi uang dari usaha di bidang “poultry”.
Ia disebut menjadi pemasok utama pakan, bibit ayam, serta obat-obatan bagi peternakan ayam yang ada di banyak daerah di Jawa Timur terutama bagian selatan.
Berdasarkan ringkasan biodata yang ada di KPU Kabupaten Blitar, Beky tercatat sebagai direktur utama di sejumlah perusahaan, yakni PT Sumber Kelapa Beky Farm, PT Sumber Kelapa Tani, dan PT Sumber Kelapa Barrack.
Meski demikian, ayah dua anak ini benar-benar baru di dunia politik. Namanya kuat disebut sebagai calon wakil bupati untuk Rijanto setelah pada akhir Juli lalu beredar foto keduanya sedang berada di Kantor DPD PDI-P Jawa Timur.
Beberapa hari kemudian, PAN memberikan rekomendasi kepada pasangan Rijanto-Beky untuk maju dalam Pilkada Kabupaten Blitar 2024.
Sementara rekomendasi dari PDI-P justru keluar pada menit-menit terakhir menjelang KPU membuka masa pendaftaran pasangan calon untuk Pilkada Serentak 2024.
Meneguhkan predikatnya sebagai pengusaha kaya yang dermawan, Beky, dari jendela sunroof mobil mewahnya, menebar beberapa gepok uang kertas ke arah massa pendukung saat meninggalkan Kantor KPU Kabupaten Blitar.*
https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/23/142509478/profil-dua-pasangan-calon-kepala-daerah-dalam-pilkada-kabupaten-blitar-2024