Salin Artikel

Mengenal Indah-Yudha dan Thoriq-Fika, Dua Paslon Pilkada Lumajang

LUMAJANG, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lumajang telah menetapkan dua pasangan calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada Lumajang 2024.

Keduanya adalah Indah Amperawati yang berpasangan dengan Yudha Adji Kusuma dan Thoriqul Haq dengan pasangannya Lucita Izza Rafika.

"Pertama, pasangan Indah Amperawati dan Yudha Adji Kusuma yang diusung 11 partai. Kedua, pasangan Thoriqul Haq dan Lucita Izza Rafika yang diusung lima partai," kata Febri di Kantor KPU Lumajang, Minggu (22/9/2024).

Profil Indah-Yudha

Indah Amperawati lahir pada 58 tahun silam di Lumajang, tepatnya pada 6 Mei 1966. Ia tumbuh dan berkembang di Lumajang hingga tamat SMA pada 1985.

Indah kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Jember dan lulus pada 1990.

Sembilan tahun usai sarjana, Indah kembali melanjutkan pendidikannya. Kali ini, ia mengambil program Magister Administrasi Publik di Universitas Merdeka Malang dan lulus pada 2001.

Karir perempuan yang akrab disapa Bunda Indah ini dimulai sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Lumajang. Berbagai jabatan penting pernah didudukinya.

Antara lain, Kepala Bagian Keuangan Kabupaten Lumajang, Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Lumajang, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lumajang, dan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang.

Puncaknya, Ketua DPC Gerindra Lumajang ini menjabat sebagai Wakil Bupati Lumajang periode 2018-2023. Kala itu, ia berpasangan dengan Thoriq yang kini jadi kompetitornya di pilkada.

Sementara, Yudha Adji Kusuma lahir 28 Agustus 1990. Ia merupakan seorang Sarjana Ilmu Hukum di Universitas Islam Balitar dan lulus pada 2013.

Begitu lulus, Yudha fokus mengelola dan mengembangkan bisnis perkebunan kelapa sawit di luar Pulau Jawa. Ia juga memiliki usaha perkebunan pribadi di tanah kelahirannya yakni Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang.

Karir politik Yudha dimulai pada 2019. Mengikuti jejak ayahnya, Agus Wicaksono, Yudha mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dari PDI-P.

Pada pencalonan pertamanya ini, Yudha langsung terpilih dan duduk sebagai anggota DPRD Lumajang periode 2019-2024. Bahkan, ia juga dipercaya memimpin fraksi PDI-P di parlemen.

Pada Pileg 2024, Yudha sebenarnya terpilih kembali sebagai anggota dewan. Bahkan, ia sempat dilantik pada 21 Agustus 2024.

Namun, pria yang akrab disapa Mas Yudha ini memilih mundur dari anggota DPRD Lumajang dan maju sebagai calon wakil bupati mendampingi Indah Amperawati.

Dimulai dari Pondok Pesantren Anak-anak Darul Falah Denok Lumajang, kemudian Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang, dan Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Fadloli Malang.

Usai tamat madrasah aliyah (MA), Thoriq menempuh pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya dengan jurusan sastra arab.

Pendidikan pascasarjana Thoriq diawali dengan menempuh program Master of Modern Language (MML) Faculty of Language and Linguistics, University of Malaya Kuala Lumpur.

Kemudian, Magister Manajemen Bencana (M.MB), Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Kini, Thoriq tengah menyelesaikan program Philosophy of Doctor (Ph.D) Faculty Language and Linguistics, University of Malaya, Kuala Lumpur.

Karir politik Thoriq sejak awal sampai saat ini berada di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mulai dari Wakil Ketua DPC Perwakilan PKB Malaysia pada Deputy Office Manager Sekretariat Jenderal DPP PKB, Kepala Kantor Sekretariat Jenderal DPP PKB, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB, hingga Sekretaris DPW PKB Jawa Timur.

Pria yang akrab disapa Cak Thoriq ini juga pernah menjadi anggota DPRD Jawa Timur dua periode yakni 2009-2014 dan 2014-2019.

Pada periode kedua, Thoriq hanya menjabat empat tahun lantaran memilih mundur dan terpilih sebagai Bupati Lumajang periode 2018-2023.

Sedangkan, Lucita Izza Rafika atau akrab disapa Ning Fika lahir 29 Oktober 1990. Ia lahir dan tumbuh dewasa di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Gelar sarjana Fika ditempuh di jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Surabaya.

Fika kemudian melanjutkan program sarjananya di kampus yang sama. Kali ini, ia menempuh program manajemen.

Sebelum terjun ke politik, Fika tercatat sebagai ASN di Kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia. Ia menduduki jabatan Kepala Subbagian Komunikasi Publik, Data, dan Informasi Sekretariat Jenderal DPD RI Kantor Perwakilan Jawa Timur.

Fika juga dikenal sebagai seorang pengusaha. Ia memiliki perusahaan yang bergerak di bidang properti dan konstruksi.

Karir politiknya baru dimulai saat Pileg 2024. Usai mengundurkan diri sebagai ASN, Fika mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) daerah pemilihan Jawa Timur IV.

Sayang, konstelasi politik pertamanya belum berhasil lantaran PPP tidak memenuhi syarat ambang batas parlemen. Padahal, perolehan suara Fika kala itu cukup untuk menempatkannya di senayan andai PPP lolos ambang batas.

Kini, Fika kembali menapaki jalan politiknya dengan maju sebagai calon wakil bupati Lumajang mendampingi Thoriq.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/23/065617478/mengenal-indah-yudha-dan-thoriq-fika-dua-paslon-pilkada-lumajang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com