Salin Artikel

Kronologi Mahasiswa Universitas Trunojoyo Aniaya Pacar, Awalnya Salah Paham

Dalam video tersebut, terlihat jelas aksi penganiayaan yang dilakukan di tempat terbuka dan direkam secara sembunyi-sembunyi. Pria tersebut dengan brutal memukuli wajah dan mencekik leher korban.

Kapolsek Kamal Iptu Pariadi mengatakan, kasus tersebut terjadi pada Sabtu (21/9/2024) sore, di sebuah indekos yang berada di komplek Graha Trunojoyo, Desa Telang, Kecamatan Kamal, Bangkalan.

Menurut Pariadi, pelaku dan korban merupakan mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Industri UTM semester 5.

Korban berinisial D (21) merupakan warga asal Kabupaten Nganjuk, sedangkan pelaku berinisial F (21) adalah warga asal Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

"Hubungan keduanya adalah sepasang kekasih," kata Pariadi kepada Kompas.com, Minggu (22/9/2024).

Pariadi menjelaskan, penyebab terjadinya penganiayaan tersebut dipicu kesalahpahaman. Baik korban dan pelaku saat itu disebut berselisih paham.

Sehingga pelaku dengan brutalnya memukuli wajah dan mencekik leher korban.

"Informasi dari masyarakat, pelaku dan korban berpacaran dan selisih paham sehingga terjadi penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku," ujar Pariadi.

Namun, selama empat jam berada di indekos tersebut, baik korban dan pelaku tidak ada di lokasi kejadian. Pihaknya lantas berkoordinasi dengan pihak kemahasiswaan UTM.

Adapun langkah-langkah yang telah diambil oleh Polsek Kamal, yakni mendatangi TKP, mencari data pelaku dan korban.

"Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak kemahasiswaan UTM untuk penanganan lebih lanjut," jelas dia.

Hingga saat ini, korban belum melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kamal maupun ke Polres Bangkalan.

Pihaknya masih menunggu laporan resmi dari korban untuk dapat melanjutkan proses hukum.

Ia berharap agar korban segera melaporkan kejadian tersebut agar kasus ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai prosedur hukum yang berlaku.

"Sampai saat ini korban belum melaporkan ke Polsek Kamal," kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) UTM Muhammad Lutfi Afnan Fanani mengaku sudah mendapatkan keterangan dari korban.

Menurut dia, permasalahan tersebut bermula dari cekcok antara pelaku dan korban yang merupakan pasangan kekasih.

Ia menambahkan, berdasarkan pengakuan korban, pelaku disebut memiliki sifat temperamental. Sehingga sering mengekspresikan amarahnya terhadap hal-hal yang dirasa sensitif.

"Kalau permasalahannya sendiri karena cekcok saja, mereka berdua ini pacaran. Cuma waktu itu, yang disampaikan korban, ya orangnya ini (pelaku) temperamen, jadi mudah marah," ujar Lutfi.

Wakil Rektor III Bidang Kemahiswaan UTM Surokim Abdusalam menyatakan, sedang melakukan investigasi terkait kasus penganiayaan mahasiswanya.

Ia berjanji akan segera menangani kasus ini secara menyeluruh dan memberikan sanksi kepada pelaku.

"Kampus tidak akan menoleransi segala bentuk tindak kekerasan dan memberi atensi atas masalah seperti ini agar tidak terulang di masa depan," tutur dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/22/193934278/kronologi-mahasiswa-universitas-trunojoyo-aniaya-pacar-awalnya-salah-paham

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com