Salin Artikel

Cerita Ibu di Banyuwangi, Cari Anak yang Hilang Saat Kerja ke Malaysia

Menurut dia, selama dua tahun, ia dan keluarga berusaha mencari DN agar bisa dipulangkan ke Indonesia.

Saat dihubungi via telepon, KY bercerita semuanya berawal saat DN dan saudara kembarnya lulus SMP.

Tak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA, DN malah mengatakan kepada ibu dan ayahnya ingin bekerja agar menghasilkan uang.

"Saya sempat melarang, tapi maunya anak ya sudah diikuti. Terus dia ke Bali selama dua minggu dan pulang ke rumah nenek."

"Setelah itu dua hari di rumah, dia ngomong mau berangkat ke Taiwan," kata KY kepada Kompas.com, Selasa (10/9/2024).

KY mengaku sempat khawatir dan melarang anak perempuanya itu untuk berangkat kerja keluar negeri.

"Saya bilang kok ke luar negeri, kerja di sini saja belum pernah. Tapi cuma dua hari di rumah terus dijemput sama sponsornya dibawa pergi."

"Saya enggak bisa melarang, apalagi anak saya dalam tekanan," kata KY.

KY semakin terkejut saat sponsor mengatakan anaknya akan bekerja di Malaysia, bukan di Taiwan seperti rencana awal.

"Tapi saya tak punya kuasa untuk melarang. Saya enggak tahu apa-apa, tiba-tiba DN dibawa pergi," kata dia.

Ia mengatakan saat meninggalkan rumah pada tahun 2022, DN masih berusia 16 tahun.

Dibantu sponsor keberangkatan anaknya yang berasal dari Jember, DN diketahui bekerja sebagai asisten rumah tangga di Serawak, Malaysia.

"Kontak yang diberikan ke saya kontak majikannya dan selama dua tahun terakhir ini, hanya tiga kali kontak DN," ungkap dia.

Setiap kontak dengan anaknya, KY mengaku tak lebih dari lima menit, dan anaknya selalu didamping majikannya serta dilarang menggunakan bahasa daerah.

"Saya hanya mau anak perempuan saya pulang ke rumah, SaYa minta bantuan ke Pemerintah, anak saya dieksploitasi di sana.

"Saat video call kondisinya memprihatinkan dan rambutnya juga dipotong sama majikannya," kata KY dengan suara bergetar.

Pihak keluarga kemudian mengadukan kasus DN ke Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Buruh Migran Indonesia (DPW SBMI) Jawa Timur.

Agung Subastian dari Tim Advokasi DPW SBMI Jawa Timur kepada Kompas.com mengatakan, pihaknya akan melakukan investIgasi dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memulangkan DN.

Menurut dia, dipastikan DN adalah korban tindak pidana perdagangan orang. Apalagi korban saat berangkat bekerja keluar negeri masih di bawah umur.

"Kami sempat mengecek lewat imigrasi, nama DN tidak ada. Termasuk di dinas tenaga kerja. Jadi DN bisa dipastikan berangkat ke Malaysia secara ilegal," kata Agung.

Ia menjelaskan, Serikat Buruh Migran Indonesia berkoordinasi dengan BP2MI, Disnaker, dan kepolisian untuk mendalami, dan menangkap terduga sponsor pelaku.

Menurut dia, modus terduga sponsor ini adalah melakukan perekrutan, membawa dan memfasilitasi anak di bawah umur untuk bekerja di luar negeri.

"Semua elemen masyarakat harus lebih peduli dan laporkan jika ada yang mencurigakan terkait perdagangan orang agar terhindari dari tipu daya calo khususunya di wilayah Banyuwangi," kata dia

https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/11/114758678/cerita-ibu-di-banyuwangi-cari-anak-yang-hilang-saat-kerja-ke-malaysia

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com