Salin Artikel

Kisruh PAN Kota Malang, Pengurus DPC dan Ranting Dukung Paslon dari Partai Lain

Ketua DPC PAN Kedungkandang Wawan Yusbiantono mengatakan, keputusan ini sebagai rasa ketidakpuasan dari DPC serta pengurus ranting PAN Kota Malang terhadap kebijakan DPD PAN Kota Malang yang telah mencalonkan Moch Anton - Dimyati Ayatullah.

Dikatakannya, DPC dan pengurus ranting PAN Kota Malang tidak pernah dilibatkan dalam diskusi atau komunikasi dengan DPD PAN Kota Malang.

"Maka dari itu, kami menyampaikan aspirasi kami untuk memberikan dukungan. Alhamdulillah, kami telah sepakat untuk mendukung Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin," kata Wawan, Minggu (8/9/2024).

Deklarasi dukungan ini juga telah dilakukan di Kota Malang pada Sabtu (7/9/2024), malam.

Lebih lanjut, Wawan menjelaskan, Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin dinilai menjadi kandidat yang layak memimpin Kota Malang dan mampu merealisasikan harapan masyarakat.

Pengalaman Wahyu Hidayat sebagai birokrat di Pemkab Malang dan Penjabat (Pj) Wali Kota Malang juga dinilai sangat baik sebagai modal untuk maju Pilkada 2024.

"Pengalaman birokratisnya telah membawa banyak penghargaan bagi Kota Malang," katanya.

Sementara itu, sosok Ali Muthohirin dipandang sebagai generasi muda yang dapat memberi dorongan yang diperlukan untuk perekonomian dan aspek lainnya di Kota Malang.

"Kami memberikan dukungan berdasarkan alasan tersebut. Kami berharap mereka tetap bersatu dalam dukungan ini, tidak hanya saat ini tetapi juga sampai pemilihan nanti," katanya.

Sementara itu, Wakil Tim Pemenangan Wahyu Hidayat - Ali Muthohirin, Ana Ahsanul Huda menyambut positif dukungan tersebut. Dia mengaku tidak bisa membatasi dukungan yang ada.

Menurutnya, dukungan ini diterima sebagai aspirasi dan dukungan yang membangun untuk semua pihak.

"Kami akan menindaklanjutinya dengan baik dan mengajak semua pihak untuk bergabung. Dengan kondisi saat ini, kami yakin kolaborasi bisa terwujud," katanya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPD PAN Kota Malang, Lookh Mahfudz, memberikan tanggapan tegas.


Deklarasi tersebut dianggap tidak sah dan hanya melibatkan sebagian kecil pengurus, sementara yang lainnya tidak terlibat.

"Oleh karena itu, pengurus yang terlibat akan dievaluasi dan dikenakan sanksi, karena mereka tidak mematuhi keputusan DPP PAN yang telah merekomendasikan dukungan kepada pasangan Moch Anton - Dimyati Ayatullah," jelasnya.

Sanksi yang dimaksud bisa mencapai pemecatan dari kepengurusan partai.

"Partai pasti akan mengambil tindakan tegas terhadap pengurus yang tidak mematuhi dan melaksanakan keputusan DPP. Jika mereka tidak mau mengikuti aturan partai, lebih baik keluar," katanya.

Dia juga tidak memahami alasan di balik deklarasi tersebut.

"Saya tidak tahu apa motivasi mereka, mungkin itu hanya bagian dari dinamika. Ada pihak tertentu yang ingin berkhianat dan menunjukkan kebodohan. Mereka tidak memahami organisasi serta tidak mengetahui keputusan yang ada," ujarnya.

Dia juga menegaskan bahwa dalam Pilkada 2024, PAN Kota Malang tetap konsisten dalam mendukung paslon Moch Anton - Dimyati Ayatullah.

"Sudah pasti. Kami tetap menjadi pengusung mereka," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/08/162614178/kisruh-pan-kota-malang-pengurus-dpc-dan-ranting-dukung-paslon-dari-partai

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com